Jumat, 23 Mei 2008

Apa saja obat untuk gastritis?

Apa saja obat untuk gastritis?

obat GastritisObat-obatan yang dapat menurunkan keasaman digunakan untuk ulkus peptik, penyakit refluks gastroesofageal dan banyak bentuk gastritis. Beberapa obat digunakan juga dalam mengobati infeksi bakteri Helicobacter Pylori (H. Pylori). Obat yang termasuk adalah penghambat pompa proton, blokade H2, antasida, dan prostaglandin.


1. Penghambat Pompa Proton.
Obat ini merupakan penghambat yang kuat terhadap proton (H+, K+ ATPase). Enzim ini berlokasi di sel parietal lambung dan memainkan peran kunci dalam pengeluaran H+ (proton).

Obat-obatan ini menghambat pengeluaran asam dan memiliki durasi kerja yng panjang. Obat-obatan ini membantu penyembuhan dan merupakan komponen kunci membasmi H. Pylori. Penghambat pompa proton menggantikan blokade H2.

Penghambat pompa proton termasuk osemeprazol, lansoprazol, and pantoprazol tersedia dalam bentuk oral (diminum) dan intravena, lainnya omeprazol dan rabeprazol tersedia hanya dalam bentuk oral di Amerika.

Penghambat pompa proton jangka panjang berakibat bertambahnya kadar gastrin (hormon yang bertugas merangsang keluarnya asam lambung) yang berujung hiperplasia sel (keganasan sel).

Bagaimanapun, tidak ada bukti displasia atau bentuk keganasan pada pasien yang menerima pengobatan ini. Beberapa pasien dapat menderita gangguan penyerapan vitamin B12.


2. Blokade H2.
Obat-obatan golongan ini (simetidin, ranitidin, famotidin tersedia dalam bentuk intra vena dan oral serta nizatidin hanya tersedia oral) merupakan penghambat kompetitif histamin pada reseptor H2, dengan menekan pengeluaran gastrin yang dirangsang oleh asam dan secara proporsional menurunkan volume asam lambung. Pengeluaran pepsin yang dimediasi histamin juga berkurang.

Blokade H2 diserap dengan baik dari saluran pencernaan dengan mulai kerja 30-60 menit setelah diminum dan efek puncak obatnya pada 1 sampai 2 jam. Pemberian intra vena menghasilkan mulai kerja yang cepat. Lama kerja proporsional dengan dosis dan bervariasi dari 6 sampai 20 jam. Dosis sebaiknya dikurangi pada pasien yang lanjut usia.

Simetidin memiliki efek antiandrogen minor yang diekspresikan secara reversibel (bisa kembali lagi) ginekomastia dan sangat jarang disfungsi ereksi utuk penggunaan jangka panjang.

Perubahan status mental, diare, ruam, demam obat, nyeri otot, trombositopenia (kadar trombosit kurang) dan bradikardia (denyut jantung lemah) sinus dan hipotensi setelah pemberian intra vena cepat dilaporkan pada blokade H2 umumnya <1% pasien yang diobati tapi lebih umum pada pasien usia lanjut.

Simetidin tingkat yang lebih rendah, blokade H2 lainnya berinteraksi dengan enzim mikrosom P-450 dan dapat menunda metabolisme obat lain yang dieliminasi melalui sistem ini seperti fenitoin, warfarin, teofilin, diazepam, lidokain.

3.Antasida
Obat ini menetralisir asam lambung dan menurunkan aktivitas pepsin (yang menghilang seiring meningkatnya pH lambung >4,0). Sebagai tambahan, beberapa antasida menyerap pepsin. Antasida dapat mengganggu penyerapan obat lain seperti tetrasiklin, digoksin, besi.

Antasida meredakan gejala, membantu penyembuhan luka, dan menurunkan kekambuhan. Obat ini relatif tidak mahal tapi harus diminum 5-7 kali sehari. Aturan antasida optimal untuk penyembuhan luka sekitar 15-30 mL cairan atau 2-4 tablet 1 jam dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur.

Total dosis harian antasida harus 200-400 milieqivalen kapasitas penetralan. Bagaimanapun, antasida digantikan denganterapi penekan asam dalam pengobatan ulkus peptik dan digunakan hanya untuk menghilangkan gejala jangka pendek.
Secara umum ada 2 tipe antasida: menyerap dan tidak menyerap.

Antasida yang dapat menyerap (contoh Na bikarbonat, Kalsium karbonat) menyediakan penetralan yang lengkap dan cepat tapi dapat menyebabkan kebasaan (alkalosis) dan sebaiknya digunakan hanya dalam waktu singkat. Antasida yang tidak menyerap contoh alumunium atau mangensium hidroksida menyebabkan lebih sedikit efek samping sistemik dan disarankan.

Alumunium hidroksida relatif aman, antasida yang umum digunakan. Pada penggunakan bertahun-tahun, deplesi fosfat tiba-tiba berkembang sebagai hasil ikatan fosfat oleh alumunium di saluran pencernaan. Risiko deplesi fosfat meningkat pada peminum alkohol, pasien malnutrisi, dan pasien dengan penyakit ginjal (termasuk mereka yang menjalani hemodialisa). Alumunium hidroksida menyebabkan sembelit.

Magesium hidroksida adalah antasida yang lebih efektif dari alumunium tapi dapat menyebabkan diare, banyak sediaan antasida mengkombinasi antasida magnesiyum dan alumunium. Karena hanya sedikit jumlah Magnesium yang diserap, penggunaan sediaan magnesium pada penderita ginjal sebaiknya berhati-hati.

4. Prostaglandin
Prostaglandin tertentu terutama misoprolol menghambat sekresi asam dengan menurunkan generasi siklik AMP yang dipicu oleh rangsangan histamin pada sel parietal dan meningkatkan pertahann mukosa. Turunan prostaglandin sintetik digunakan terutama untuk menurunkan risiko luka mukosa yang dipicu obat antiinflamasi non steroid.

Pasien yang berisiko tinggi luka yang dipicu obat antiinflamasi non steroid seperti lanjut usia, mereka yang berisiko luka atau komplikasi luka, mereka yang mengkonsumsi kortikosteroid adalah kandidat yang dapat minum misoprostol dengan makanan bersama obat antiinflamasi non steroid.

Efek samping yang umum kram perut dan diare yang muncul pada 30% pasien. Misoprolol memiliki efek abortus sehingga dikontraindikasikan pada wanita usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi.

5.Sukralfat
Obat ini merupakan kompleks sukrosa-alumunium yang kemudian memisahkan diri di dalam asam lambung dan membentuk pelindung sekitar daerah yang terluka, melindungi dari asam, pepsin dan garam empedu.

Obat ini juga menghambat interaksi pepsin-substrat, merangsang produksi prostaglandin mukosa da berikatan dengan agaram empedu. Tidak ada efek terhadap hasil asam atau pengeluaran gastrin.

Sukralfat sepertinya memiliki efek tropik pada mukosa yang luka, kemungkinan berikatan hormon pertumbuhan dan menkonsentrasikan pada bagian luka. Penyerapan sistemik sukralfat dapat diabaikan. Sembelit muncul pada 3-5% pasien. Sukralfat dapat berikatan dengan obat lain dan mengganggu penyerapan obat lain tersebut.

Tidak ada komentar: