Rabu, 25 Mei 2016

Jamur Untuk Jantung


Dada bagai terimpit batu besar. Itulah indikasi serangan jantung yang dirasakan Djahoeri. Jamur Untuk Jantung

Hanya tinggal beberapa langkah Djahoeri masuk ke rumahnya ketika ia ambruk tak sadarkan diri. Pensiunan Dinas Tata Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, itu baru saja pulang. Yang ia rasakan sebelum pingsan adalah sesak napas, dada kiri sakit, dan mata berkunang-kunang. Malam itu keluarga bergegas membawa pria 71 tahun itu ke instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumahsakit di Surakarta. Hasil diagnosis dokter menyebutkan bahwa Djahoeri mengidap penyakit jantung koroner.

Dokter mengatakan 85% arteri kanan jantung tersumbat plak. Akibatnya jantung hanya mendapat kurang dari seperlima pasokan oksigen normal. Minimnya pasokan oksigen ke jantung itu yang membuat Djahoeri merasakan tercekik, sulit bernapas, dan nyeri di dada. Untuk mengatasi itu dokter memberikan suntikan vasodilator. Itu untuk memperlebar pembuluh darah. Dokter lazimnya menunggu 8 jam hingga vasodilator itu bekerja. Dua jam pascapenyuntikan, ia tersadar. Yang paling dirasakan saat itu adalah sesak napas, pusing, serta rasa sakit di dada diikuti telapak tangan serasa menebal.

Mati mendadak

Untuk melancarkan sirkulasi dan memulihkan jaringan rusak, dokter menyuntikkan lagi vasodilator. Setelah 6 hari di ruang IGD, Djahoeri membaik. Ia lantas dipindahkan ke instalasi rawat inap selama 5 hari sebelum akhirnya pulang. Penyakit jantung koroner seperti diidap Djahoeri merupakan pembunuh nomor 1 dunia. Pasalnya, “Tiga dari 10 orang yang terserang pasti menemui ajal,” kata dr N yoman Kertia SpPD KR, kepala subbagian reumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan spesialis penyakit dalam Rumahsakit dr Sardjito Yogyakarta.

Celakanya, kebanyakan pengidap gangguan jantung koroner tidak menyadari bahwa mereka berjalan menuju kematian mendadak. Musababnya, penderita penyakit jantung koroner sering kali tidak merasakan gejala apa pun sebelum terkena serangan. Saat terkena serangan, lingkungan sekitarnya tidak siap memberikan pertolongan sehingga berakibat fatal. Menurut Dr dr Budhi Setianto SpJP (K) dari rumahsakit jantung Harapan Kita, Jakarta, gejala penyakit jantung koroner sering dimulai pada usia 10 - 20 tahun. “Timbunan lemak mulai terbentuk di dinding dalam arteri koroner,” kata Budhi.

Timbunan lemak itu bakal bertambah seiring bertambahnya waktu. Akibatnya aliran darah dalam arteri koroner alias arteri jantung - dijuluki demikian lantaran bentuknya menyerupai cincin alias corona - pun terganggu. Munculnya timbunan lemak lantaran pola hidup tidak sehat. “Pemicu utamanya konsumsi lemak jenuh dan aktivitas fisik rendah,” kata Nyoman. Lemak jenuh banyak terdapat dalam makanan cepat saji, makanan hewani, dan minyak jelantah. Selain itu kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, atau tekanan darah tinggi berperan mengurangi kelenturan pembuluh dan mengentalkan darah sehingga mempertinggi risiko munculnya penyakit jantung koroner.

Data organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan, 17-juta nyawa di dunia melayang akibat penyakit jantung pada 2009. Di Indonesia, serangan jantung mengakibatkan 220.000 orang meninggal dan mengurangi harapan hidup sebanyak 14 tahun. Dari korban meninggal, dua pertiga di antaranya adalah perokok atau orang yang terpapar asap rokok. “Racun dalam tembakau merusak lapisan dinding dalam pembuluh koroner,” kata Budhi.

Jamur abadi

Atas anjuran mantan relasi semasa berdinas, Djahoeri mengkonsumsi jamur ling zhi Ganoderma lucidum. Ia mengkonsumsi kapsul berisi 500 mg serbuk ling zhi 3 kali sehari - pagi sebelum sarapan, siang sebelum makan siang, dan malam setelah makan malam. Setelah 2 hari mengkonsumsi, dadanya terasa ringan. “Seolah lepas dari impitan batu besar,” kata ayah 4 anak itu. Sehari kemudian, Djahoeri kembali ke rumahsakit tempat ia dirawat untuk memeriksakan kondisi. Dokter terkejut dengan peningkatan kondisi yang dialami Djahoeri.

Pasalnya, denyut nadi Djahoeri begitu teratur seolah jantung tidak bermasalah. Saat kontrol berikutnya - sepekan setelah ia keluar rumahsakit - dokter menyatakan kondisi Djahoeri sudah hampir pulih. Namun, dokter tetap menyarankan Djahoeri menghindari aktivitas berlebihan atau makanan berkolesterol tinggi. Djahoeri meneruskan konsumsi 3 kapsul ling zhi sehari hingga sebulan setelah ia pulang dari rumahsakit. Merasakan kondisi membaik, dosis konsumsi ia kurangi menjadi 2 kapsul untuk mencegah akumulasi.

Menurut dr Sri Budiwati, dokter sekaligus herbalis di Surabaya yang meresepkan ling zhi, jamur kayu itu kaya adenosin yang bertindak sebagai zat antiplatelet alias antipembekuan darah. Adenosin mengaktifkan zat fosfolipase yang menghambat trombosit berubah menjadi trombokinase. Terbentuknya trombokinase membuat darah membeku sehingga berhenti mengalir. “Kalau itu terjadi di arteri koroner, terjadilah serangan jantung,” kata Sri. Jamur Untuk Jantung

Pernyataan Sri diperkuat riset yang dilakukan Prof Wachtel Galor PhD dan koleganya di Universitas Politeknik Hongkong. Riset itu menunjukkan, konsumsi 1,1 g ling zhi per hari selama 10 hari meningkatkan kapasitas antioksidan dalam urine sebanyak 30%. Selain itu mengurangi plasma lipid dan kadar asam urat dalam darah - penyebab munculnya timbunan lemak - sebanyak 10%. Pengukuran dilakukan terhadap 10 responden berturut-turut pada menit ke-45, 90, dan 135 setelah konsumsi ling zhi.

Kejadian di gerbang rumah Djahoeri hampir 4 tahun berlalu. Namun, hingga kini Djahoeri masih rutin mengkonsumsi sebutir kapsul ling zhi per hari untuk menjaga kelenturan pembuluh darah. Di luar konsumsi rutin, ia meminum sebutir kapsul saat merasakan gejala sesak napas. Jika dalam 3 jam belum ada kemajuan, ia mengkonsumsi sebutir lagi. Dengan ling zhi, Djahoeri terbebas dari derita penyakit jantung koroner.

Tidak ada komentar: