Kamis, 27 Agustus 2009

Diet dan Kanker Prostat

Diet dan Kanker Prostat

KANKER prostat merupakan penyakit keganasan tersering pada laki laki di beberapa negara Barat. Meski di Asia belum banyak dijumpai,.dalam sepuluh tahun terakhir terjadi kenaikan kasus yang bermakna.
Risiko terjadinya kanker prostat ditentukan oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Peranan lingkungan terbukti dan penelitian rnigrasi di mana ditemukan kenaikan insiden kanker prostat pada generasi pertama imigiran dari Jepang dan Cina di Amerika Serikat.
Dari hasil penelitian tersebut dibuat hipotesis bahwa diet berperan sebagai salah satu risiko terjadinya atau meluasnya kanker prostat.

Lemak
Penelitian pada binatang membuktikan baliwa diet bebas lemak dapat mengurangi pertumbuhan turnor ganas prostat. Sebaliknya, diet tinggi lemak menyebabkan pertumbuhan sel sel kanker prostat lebih cepat
Peranan lemak dalam meningkatkan, risiko kanker prostat terjadi dengan beberapa mekanisme. Pertama, dibuktikan bahwa lemak dapat mempengaruhi kadar testosteron, suatu hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan sei sel prostat baik jinak maupun ganas. Pria yang mengonsumsi sedikit lemak akan mempunyai kadar hormon testosteron yang relatif rendah.
Kedua, lemak adalah sumber radikal bebas, dan yang ketiga adalah hasil metabolisme asam lemak diduga merupakan zat karsinogenik. Contohya adalah asam lemak tidak jenuh omega 6 yang dapat memacu pertumbuhan sel kanker prostat.
Korelasi antara konsumsi lemak dan risiko kanker prostat juga dibuktikan pada beberapa penelitian epidemiologik. Giovannucci dan kawan kawan (1993) melakukan penelitian prospektif tentang hubungan antara diet dan kanker prostat. Penelitian ini membuktikan bahwa diet tinggi lemak meningkatkan risiko berkembangnya kanker prostat lanjut.
Selain itu, masih ada beberapa penelitian lain yang menunjang antara lain suatu studi kohort di Hawaii. Sayangnya, beberapa penelitian epidemiologik lain gagal untuk membuktikan hal serupa antara lain adalah studi prospektif di Norwegia.
Dengan demikian. walaupun banyak penelitian epidemiologik dan studi biologik yang membuktikan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan risiko kanker prostat. masih diperlukan tambahan penelitian epidemiologik untuk membuktikan hal ini secara pasti.

Kedelai
Perbedaan yang nyata antara diet masyarakat Asia dan negara negara Barat adalah pada konsumsi produk produk kedelai. Studi epidemiologik melaporkan, bahwa masyarakat Asia mengonsumsi produk kedelai dalam jumlah banyak, sedangkan insiden kanker prostatrya rendah.
Kedelai mengandung beberapa bahan yang mempunyai aktifitas estrogenik lemah. Phytooestrogen ini, atau isoflavon, diduga mempunyai kemampuan anti karsinogenik
Genistein adalah isoflavon yang paling banyak dijumpai dalam produk produk kedelai, mempunyai kemampuan menghambat reseptor tirosin kinase seperli EGFR dari her 2/neu yang keduanya berdampak pada proses terjadinya kanker prostat.
Mekanisme lain adalah kemampuan Genistein untuk mengurangi ekspresi reseptor androgen dan reseptor estrogen dalam jaringan prostat. Pengurangan reseptor reseptor androgen dan estrogen dapat menyebabkan rendahnya insiden kanker prostat pada populasi yang banyak mengonsurnsi diet yang mengandung banyak phytooestrogen.
Wang clan kawan kawan (2002) menguji hipotosa efek penghambatan genistein pada binatang percobaan dan berhasil membuktikan bahwa diet ini dapat digunakan untuk proteksi pertumbuhan kanker prostat
Selain itu, juga terdapat beberapa studi pada binatang percobaan yang membuktikan hal tersebut, salah satunya bahkan dapat membuktikan efek penghambatan isoflavon terhadap pertumbuhan sel kanker prostat Yang dipicu oleh diet tinggi lemak.
Pada Penelitian klinik, Jacenser clan kawan kawan (1998) menyimpulkan bahwa pria yang mengonsumsi susu kedelai mempunyai insiden terjadinya kanker prostat 70 persen lebih rendah dibanding yang tidak mengonsumsi. Namun demikian, penelitian ini hanya mempunyai kekuatan statistik yang rendah di mana mungkin masih ada faktor faktor diet lain yang menyebabkan hal tersebut.
Dengan demikian, masih diperlukan penelitian tambahan guna memastikan peran kedelai untuk pencegahan kanker prostat.

Likopen
Likopen adalah zat karotenoid yang didapat pada konsentrasi tinggi dalam tomat dan merupakan suatu antioksidan, yang kuat. Beberapa studi kasus kontrol dan studi prospektif menyimpulkan, bahwa konsumsi tormat atau produk produk tomat dapat berhubungan dengan rendahnya resiko kanker prostat.
Walaupun saat ini belum dapat dipastikan, keuntungan ini lebih banyak dalam hal mencegah perluasan atau agresifitas kanker prostat. (Miller dan kawan kawan, 2002)
Proses pemasakan buah tomat tampaknya tidak mengurangi keuntungan ini, malah sebaliknya akan meningkatkan bioavailabilitas komponen komponen yang berguna.
Mekanisme kerja likopen untuk mengurangi risiko kanker prostat belum diketahui secara jelas sampai saat ini. Kemungkinannya adalah kemampuan proteksi likopen terhadap proses penuaan sel sel epitel prostat yang disebabkan oleh spesies oksigen reaktif.
Hal lain adalah kemampuan likopen untuk menghambat proliferasi sel melalui hambatan fosforilase tirosin reseptor IGF seperti yang dibuktikan oleh Karas dan kawan kawan (2000), pada sel sel kanker payudara
Sekurangnya, terdapat empat studi kohort yang telah melaporkan adanya hubungan antara konsumsi lycopene dan risiko kanker prostat. Giounnucci (1999) melaporkan penurunan risiko kanker prostat sebesar 21 persen pada pria .yang mengonsumsi likopen dalam jumlah besar.
Penelitian lain juga melaporkan. bahwa populasi yang mengonsumsi likopen tinggi mempunyai risiko 36 persen lebih rendah dibanding populasi yang mengonsurnsi likopen sedikit.

Gann dan kawan2 (1999) melaporkan bahwa pria dengan kadar likopen tinggi dalam darah berisiko lebih rendah 25 persen terkena kanker prostat.
Penelitian penelitian diatas juga melaporkan bahwa konsumsi jus tomat (tanpa proses pemasakan) tidak mempunyai efek pencegahan, sehingga disimpulkan bahwa proses pemasakan justru akan meningkatkan bioavailibilitas likopen
Selain ketiga diet tersebut. masih ada beberapa bahan diet lain yaitu vitamin E, selenium, dan teh hijau yang kemungkinan juga mempunyai kemampuan untuk mengurangi risiko kanker prostat. Ketiga bahan ini dikenal sebagai antioksidan, namun sampai saat ini belum ada kepastian mekanisme kerjanya dari juga belum didukung oleh penelitian epidemiologik atau klinik lainnya.

dr RAINY UMBAS PhD SpU Subbagian Urologi, Bagian Bedah FKUI/RSCM dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta


Kanker prostat, momok peringkat pertama bagi pria

Kanker prostat saat ini menjadi momok yang menakutkan bagi kalangan kaum pria di Inggris. Hal itu dikarenakan penyakit yang satu ini semakin banyak diderita kaum pria Inggris, Bahkan para ahli memperkirakan dalam tiga tahun kedepan kanker prostat akan menduduki peringkat pertama, dibandingkan penyakit lainnya yang menyerang warga kaum Adam Inggris.
Kasus prostat di Inggris telah mengalami lonjakan dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir dan para ahli merasa yakin hal itu akan terus berlanjut pada tahun taliun niendatang. "Kasus yang ada di negara ini telah melonjak lebih cepat dari apa yang pernah diperkirakan sebelumnya," ungkap Professoi Colin Cooper dari The Institute of Cancer Research.
Meskipun semakin banyak kaum pria yang terserang kanker prostat, namun demikian tidak perlu terlalu dicemaskan karena hanya sedikit penderita prostat yang mengalami akibat fatal. Lebih dari 2/3 penderita prostat kemungkinan tidak memerlukan penanganan yang serius, rneski hal itu dapat iiiengakibatkan efek samping seperti gangguan impotensi serta mandul
Berdasarkan tes yang dilakukan di Arnerika Serikat (AS) dan Inggris diketahui bahwa kanker prostat kebanyakan menyerang mereka yang berusia 50 70 tahun. Sekitar 22.000 kasus prostat telah terjadi di Inggris untuk setiap tahunnya dan dari jumlah itu sebanyak 9.500 penderita meninggal dunia. Kebanyakan kasus kematian terjadi akibat tidak adanya deteksi serta penanganan dini terhadap penyakit yang satu ini.
Sebenarnya saat ini tengah dikembangkan sebuah alternatif penanganan kanker prostat dengan jalan operasi atau radiasi. Untuk itulah para dokter dari The Institute of Cancer Research saat ini tengah melakukan uji coba terhadap apa yang mereka narriakan sebagai program Active Surveillance. Program ini dikerjakan dengan memonitor melalui tes serta biopsis terhadap penyakif tersebut.pada saat tes tersebut terlihat ada perkembangan yang sangat signifikari terhadap penyakit tersebut maka selanjumya si pasien akan dianjurkan untuk menjalani operasi atau radioterapi kata Dr. Chris Parker, yang turut dalam uji coba tersebut Hal serupa saat ini juga tengah dikerjakan oleh para pakar di Kanada.
Satu hal terpenting yang dikemukakan oleh para ahli di atas adalah bahwa kadar oksigen di dalam turnor tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan kanker. Kadar oksigen yang rendah dapat iiiengakibatkan kanker bisa lebih leluasa untuk berkembang.

Tidak ada komentar: