Kamis, 27 Agustus 2009

Tempuyung Tanaman Liar Penghancur Batu ginjal.

Tempuyung Tanaman Liar Penghancur Batu ginjal.

ADA beberapa tanaman, baik dalam bentuk daun, daun dan batang, akar, rimpang, keseluruhan tanaman, seperti antara lain blimbing wuluh, kumis kucing, mentimun, pepaya, temulawak, dan sebagainya yang banyak digunakan sebagai obat untuk menghancurkan batu. ginjal. Akan tetapi, ternyata tempuyung (Sonchus arvensis) memiliki kelebihan dalam keampuhan dan keamanan dalam penggunaan, sebagai tanaman obat yang dapat menghancurkan batu ginjal, seperti yang diakui oleh banyak pakar obat obatan asal tanaman, yang menyatakan bahwa banyak tanaman memiliki efek diuretik yang memiliki kemampuan untuk meluruhkan (mendorong) atau litotriptik (menghancurkan) batu ginjal.
BATU ginjal adalah endapan CaC03 atau kalsium karbonat pada ginjal atau kandung kemih, antara lain penyebab gagal ginjal, yang dapat dihilangkan dengan cara operasi ataupun "penembakan" dengan sinar laser.
Sebagai cara alternatif, ada beberapa tanaman berkhasiat obat yang memiliki sifat diuretik dan litotripik sehingga dapat melarutkan dan meluruhkan batu ginjal tersebut antara lain dilakukan oleh ion K (kalium) yang terdapat pada tanaman tersebut. Tempuyung adalah tanaman liar, sejak di tegalan, pinggiran kebun, petakan sawah yang tidak digenangi air, sampai ke tebing tebing bahkan tembok pagar rumah sekalipun, menjadi tempat untuk tumbuhnya. Bahkan di dinding tembok yang retak pun, tempuyung dapat tumbuh, karena bibitnya berbentuk biji dapat diterbangkan angin ke mana mana, dan cepat tumbuh kalau ada air atau udara lembab.
Ternpuyung sekeluarga dengan tanaman liar lainnya seperti sintrong, sesawi, sembung, kenikir, jotang, babadotan bahkan bunga matahari sekalipun. Tetapi, secara tradisi sejak lama, tanaman ini merniliki khasiat obat khususnya untuk meluruhkan/menghancurkan batu ginjal.
Tahun 1980 an, di daerah Cibinong, antara Bogor dan Jakarta, yang menjadi jalan utama yang menghubungkan Bogor dengan Jakarta, dijual teh cibinong yang terbuat dari serbuk daun kering tempuyung sebagai hasil penemuan gemilang tim yang dikoordinir oleh Dokter Soekarto, dengan anggota tim antara lain Dr Sutarman, Prof Dr Thoyib Hadiwijaya, Prof Dr Dardjo Somaatmadja, dan sebagainya, yang bercita cita untuk mengangkat peran dan manfaat tanaman berkhasiat obat Indonesia, antara lain tempuyung yang masih tumbuh liar di mana mana tetapi memiliki khasiat ampuh sebagai peluruh/perontok batu ginjal, sesuai dengan uraian yang terdapat di dalam buku terkenal Atlas van Indische Geneeskrachtige Planten yang terbit 1932.
Lebih jauh lagi, oleh Prof Dr Dardjo Somaatmadja dari IPB dengan timnya, dapat dibuat ekstrak daun tempuyung, yang kalau 1 g (tiap bungkus) dengan 6 gelas air matang akan sama khasiatnya dengan 1 sendok teh bubuk daun tersebut yang diseduh dengan 1 gelas air. Oleh karena itu dengan izin Depkes RI No. TR 240 4407, Departemen Kesehatan memberikan pengakuan penggunaan ramuan tersebut sebagai medical tea atau teh kesehatan.
MEMANG khasiat daun tempuyung, apakah dalam bentuk serbuk daun kering yang kemudian diseduh, ataupun dalam bentuk daun segar yang kemudian diseduh bahkan dijadikan Ialab sekalipun, sama sama memiliki khasiat obat *yang meyakinkan, sebagai diuretikum atau litotripik sudah diakui kemanjurannya, sehingga sekarang di beberapa tempat mulai ada yang mengebunkan, karena permintaan pasar (terutama tukang jamu ataupun obat obatan lainnya) sudah dijadikan pil atau kapsul.
Pengalaman Dokter Sukarto yang sejak menjadi dokter AURI di Madiun tahun 1962, pasien pasien yang dapat disembuhkan dengan rebusan daun tempuyung, bukan hanya batu ginjal ataupun sakit pinggang, penyakit lever, juga penyakit jantung sampai ke tekanan darah tinggi. Karena kepada setiap pasiennya, sangat dianjurkan untuk minum, seduhan daun tempuyung yang diambil dari lahan alami, apakah di kebun, di pematang sawah, di pekarangan rumah, sampai ke petamanan kota: ambil 5 lembar, kemudian seduh atau rebus dengan air bersih, hasilnya diminum antara 2 3 kali sehari semalam.
Pertanyaari yang kemudian timbul adalah: Karena umumnya tempat tumbuh tempuyung liar di mana mana, bahkan yang paling ekstrem pada tebing tembok penyekat tanah miring pun dapat tumbuh, maka berdasarkan kepada tempat, tumbuh tersebut, tanaman mana yang paling baik digunakan sebagai bahan baku obat?
Pada dasarnya semua jenis tempuyung dapat digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu ginjal. Hanya tentu saja kualitasnya akan jauh berbeda, tergantung kepada tempat tumbuhnya. Seperti laporan dari Balai Penelitian Obat di Tawangmangu, ternyata tanaman obat/atau tanaman berkhasiat obat yang dibudidayakan secara benar, yaitu tempat tumbuhnya (tanah) disiapkan secara baik dan benar, terutama tanah tersebut harus memiliki kandungan organik tanah sesuai kebutuhan tanaman, kemudian selama pertumbuhannya jangan lupa diberi "nutrien" atau "makanan" dalam bentuk pupuk, apakah pupuk alami atau pupuk organik berbentuk pupuk kandang, dan sebagainya ataupun pupuk anorganik dalam bentuk N-P-K. Bahkan saat sekarang adapula yang memberi pupuk organik cair yang terbuat dari ikan yang memiliki fungsi ganda sebagai sumber pupuk organik dan pupuk anorganik.
Ternyata hasilnya, tanaman obat yang dibudidayakan secara baik, akan memiliki kandungan berkhasiat lebih tinggi, lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan, kalau dibandingkan yang turnbuh liar di mana mana.
Seperti untuk budidaya tempuyung. Karena permintaan pasar (baik langsung dari konsumen, ataupun dari pengusaha obat obat tradisi seperti jamu) cukup baik, maka di beberapa tempat sudah mulai dibudidayakan, dengan persyaratan ketinggian tanah antara 50 1.600 meter dpI (di atas permukaan laut), mengandung kapur karena tempuyung hidup baik pada tanah denga pH (keasaman) basa, terbuka dan tidak kering atau kalau mungkin selalu lembab.
PENGALAMAN petani sekitar Bandung (Lembang dan Ciwidey) karena belum ada perusahaan yang menjual bibit tempuyung (umumnya dalam bentuk biji misaInya), maka para petani mengumpulkan bibit dengan cara alami: Mencari dan mengumpulkan tempuyung lengkap dengan akarnya, kemudian ditanamkan hingga menghasilkan buah, maka dari buah yang sudah tua ini setelah disemaikan pada tanah gembur (berhumus) akan menghasilkan bibit dalam bentuk tanaman kecil, yang kemudian dipindahkan kedalain "pot bibit" yang terbuat dari daun pisang. Baru setelah cukup kuat, bibit ini dipindahkan kepada guludan tanah yang sudah disiapkan untuk budidaya.
Jangan dilupakan bentuk biji tempuyung yang kecil yang seolah olah memiliki "sayap" berwarna putih, hingga kalau sudah tua apalagi kering, dengan mudah diterbangkan angin ke mana mana, sehingga bagi petani selalu mengumpulkan bijinya setelah tua, dikumpulkan pada tempat tertutup kemudian disemaikan dan langsung ditutup dengan tanah berhumus, karena kalau tidak biji tempuyung akan menyebar kemana mana akibat tiupan angin.
Contoh pengalaman petani tempuyung sekitar Bandung, membuat bedengan tempat penanaman berukuran 1,5 x 2,5 meter, tanahnya diolah menjadi gembur dengan menambahkan pupuk organik (umumnya pupuk kandang) secukupnya, tambahkan pula kapur sebanyak satu Kg dengan cara disebar ratakan di atas permukaan tanah per meter persegi, atau sebelumnya bersama dengan penambahan pupuk organik, dicampurkan secara rata.
Bibit yang sudah disiapkan, ditanamkan dengan jarak 25 cm. x 40 cm. Untuk panenan awal berbentuk daun, maka 3 4 bulan setelah penanaman dapat dilakukan, atau menurut pengalaman para petani panen awal mulai setelah tanaman akan menghasilkan tangkai bunga dengan cara bagian tanaman dipotong, tetapi bagian tanaman yang sudah keluar pucuk, jangan diganggu, karena menjadi bakal panenan selanjutnya.

Panen ke-2 dan ke-3, dilakukan setelah 3 4 minggu, karena setelah panen ke-3, tanaman harus diremajakan atau diganti dengan bibit yang baru. Daun (bersama sebagian tangkai) hasil panen, ada yang langsung dapat dijual, atau dikeringkan dahulu dengan menggunakan cahaya matahari.
.Pengeringan daun antara 5 8 hari cukup untuk dijual atau dijadikan serbuk yang kemudian menjadi semacam. "teh tempuyung” yang sudah sejak 1980 an dijual di Cibinong sekarang mulai disekitar Lembang atau Pangalengan dengan harga antara Rp.5.000, sampai Rp. 10.000, per kantong berisi 10 sampai 15 serbuk daun tempuyung tiap bungkus untuk diseduh dengan satu gelas air panas kemudian minum.
PENGALAMAN pengidap BATU GINJAL (antara lain dapat dirasakan akibatnya dalam sakit pinggang atau "nyeri cangkeng" (Sunda) atau susah buang air kecil), dengan minum dua kali, pagi dan sore maka dalam kurun waktu antara 1 2 bulan, bukan hanya nyeri cengkeng sudah berkurang, juga setiap buangair kecil, sering terlihat seperti ada pasir kecil terbawa keluar.
Akhirnya bagi siapa saja yang akan membudidayakan tempuyung sekitar rumah dengan tanah terbatas (maklum tipe rumah RSS, RSSS, dst.) dapat dilakukan dalam bentuk "pot sambung'', yaitu: Pot yang sudah ditanami bibit tidak diletakkan di pekarangan rumah, tetapi harus digantung agar aman dari gangguan ayam, atau kucing, ataupun binatang lainnya.
Bibitnya, kalau belum ada yang menjual, mencari sepanjang jalan ataupun benteng/ tembok rumah yang sedikit lembab, kalau kebetulan jalan jalan pagi.
Semoga bermanfaat.

H UNUS SURIAWIRIA Guru Besar Bioteknologi dan Agroindustri

Liar Tempuyung, tanaman liar berkhasiat untuk memecahkan batu ginjal

Tidak ada komentar: