Kamis, 27 Agustus 2009

Pilihan Terbaik Atasi Hepatitis

Pilihan Terbaik Atasi Hepatitis

Suatu hari di akhir 2003. Tubuh Mohammad Arief Hidayat lemas tak berdaya. Otot punggungnya pegal nyaris seperti kram. Perutnya mual dan nafsu makan pun hilang. Sampai-sampai pria kelahiran Jakarta itu tak kuat berjalan meski dalam rumah. Meta-sang bunda-membawa Arief ke rumahsakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Di sana dokter menvonis Arief terpapar hepatitis C karena nilai SGOT mencapai 90.

Berita itu bak petir menyambar di siang bolong bagi Arief. Ia tak menyangka dirinya disambangi virus mematikan itu. Padahal, pertama kali berobat Arief hanya didiagnosis mengidap maag. Obat-obatan, vitamin C, suplemen penambah darah, dan temulawak, jadi pilihan pengobatan. Namun, kesembuhan tak kunjung datang. “Malah mual dan kram punggung terus datang,” ujarnya.

Merasa tak puas, Arief pun menyambangi dokter spesialis penyakit dalam. Melihat tubuh Arief yang lemah dan menguning, dokter menyarankan melakukan cek darah. Hasilnya, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) mencapai 90 dan SGPT (Serum Glutamic Pyruviv Transaminase) berada di angka 170. Normalnya, SGOT di kisaran 40 dan SGPT stabil di angka 37.

Tes virus/antivirus pun positif. Tingginya nilai itu membuat dokter berkesimpulan, Arief terinfeksi hepatitis C. Dokter kemudian meresepkan Lactobion 6 tablet/hari seharga Rp3.200/butir. Sayang, keluhan sakit masih kerap mendatangi tubuh relawan HIV AIDS di ASA PKBI, Semarang itu. Bahkan bobot tubuh terus menyusut dari 58 kg menjadi 50 kg.

Alternatif lain, Arief mencoba ramuan tradisional dari Bima, NTB, seharga Rp185.000/kg. “Bentuknya seperti dodol berwarna hitam,” ujarnya. Satu sendok makan ramuan itu dilumatkan dalam ½ gelas air panas. Untuk menghilangkan rasa pahit ditambah madu. Pertama kali mencoba, perut Arief tidak kuat. Ia langsung muntah dan diare. Namun, tekad sembuh sudah bulat. Arief pun melanjutkan meminum ramuan itu selama 2 bulan. Sayang, tetap saja tak ada perubahan dan tubuh terus melemah.

Awal Oktober 2004, setelah membaca informasi mengenai buah merah ampuh atasi hepatitis, sang ibunda membeli 3 botol minyak buah merah ukuran 120 ml. Arief tak serta-merta mengkonsumsi buah merah itu. Ia berkonsultasi dengan dokter yang merawatnya. “Dokter malah menyarankan meminum buah merah,” ucapnya. Buntut coba-coba itu berbuah manis. Setelah mengkonsumsi 2 sendok per hari selama 2 bulan, kondisinya berangsur-angsur membaik. Nafsu makan bertambah. Itu terlihat dari bobot tubuh yang kembali normal, 58 kg. Efek lain, wajah pucat dan tirus berubah menjadi berseri-seri.
Antivirus

Kisah kesembuhan Arief itu keniscayaan. Dr M. Akham Subroto, peneliti di LIPI, Bogor, menjelaskan kandungan flavonoid yang tinggi pada buah merah memiliki efek menyembuhkan hepatitis C. Hal itu disebabkan flavonoid berfungsi sebagai antivirus. Mekanisme kerja flavonoid terungkap sebagai antipolimerasi, penghambatan siklus sel, dan pelindung struktur sel.

Flavonoid pun berkerja baik dengan vitamin C sehingga meningkatkan pertahanan tubuh. Sebagai antioksidan, flavonoid dapat menghalau radikal bebas dan membersihkan tubuh dari racun. Efek itu terasa pada Arief saat pertama kali mengkonsumsi buah merah. “Selama 3 hari saya diare,” ungkap Arief. Kemungkinan, itu reaksi pembersihan dan efek keseimbangan tubuh terhadap benda asing yang masuk.

Kandungan asam lemak berantai panjang, C22-C24, yang terkandung dalam tanaman asli Papua itu aktif menginaktifasi (melemahkan, red) dan meluruhkan membran lipida virus. Virus pun tidak diberi kesempatan untuk membangun struktur baru sehingga tidak bisa beregenerasi. Asam lemak seperti oleat, linoleat, dan linoletat bekerja memperbaiki fungsi hati. Karena diselimuti lemak, virus hepatitis sulit ditembus obat apa pun. Namun, asam lemak dapat menembus membran itu.

Hal serupa dijelaskan Dr Primal Sudjana, Sp PD - KPTI - spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Hepatitis disebabkan virus yang dalam jangka 6 bulan sejak terinfeksi menjadi akut. Bila dibiarkan hingga 6 bulan berikutnya menjadi kronis dan menyebabkan sirosis (pengerasan hati, red). “Kandungan vitamin E dan B1 dalam buah merah dapat mencegah peradangan dan pembengkakan sehingga sel-sel rusak dapat memperbaiki diri,” ujar Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, doktor farmakologi alumnus ITB.

Penyembuhan lebih efektif bila ditunjang makanan bergizi dan istirahat cukup. Hal itu membuat perkembangan virus terhambat. “Secara alami virus bisa dilemahkan dengan memberikan keadaan yang ia tidak bisa tumbuh,” ujar dr Zen Djaja, pimpinan Balai Pengobatan Umum Yayasan Tri Dharma, Malang.

Menurut Dr Primal, sangat disarankan bila ada obat yang mampu menghambat proses replikasi virus. Selama ini dunia medis mengenal interferon yang dipakai untuk memperbaiki fungsi hati. Meski kenyataannya tingkat keberhasilan hanya 10-15%. Menurut Prof Dr Nurul Akbar, SpPD-KGEH, hasil di lapangan menunjukkan interferon sanggup mengurangi penderitaan akibat hepatitis sebanyak 40%, tapi kemampuannya membunuh virus masih kecil. Itu lantaran sel-sel normal ikut terbunuh, sehingga sulit buat regenerasi sel baru yang sehat.
Pilihan lain

Selain buah merah, masih ada pilihan lain: VCO, sarang semut, dan teripang. Masing-masing ketiganya mempunyai kandungan berbeda. Contohnya VCO. Menurut Akham, VCO kaya akan asam lemak rantai sedang sebanyak 7% sehingga ampuh memperbaiki fungsi hati.

Hal senada diungkap Bartolotta S. dari Universidad Tidak Buenos Udara, Ciudad Universitaria, di Argentina. Hasil penelitiannya menunjukkan asam laurat atau C12 paling efektif menghadang tahap pendewasaan siklus replikasi virus dan mengurangi hasil sekresi virus. Keampuhan lain, menghambat tekanan virus, tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup sel normal. Sifat VCO yang larut dalam air dan langsung diserap tubuh membuat minyak perawan tidak berefek samping.

Lain lagi cara teripang memperbaiki fungsi hati. Teripang kaya akan grow factor sehingga dapat memperbaiki sel-sel rusak. Kandungan protein hingga 82% dan asam lemak essensial mujarab memperkuat sel hati untuk mengeluarkan antibodi. Karena itu juga gamat kerap disebut imunomodulator. Lantaran kandungan kolagen yang tinggi, gamat-sebutan lain-ampuh melakukan regenerasi sel secara singkat. Menurut dr Zen, gamat larut dalam air sehingga langsung terserap di hati tanpa mengalami detoksifi kasi. “Karena itu gamat tidak menimbulkan efek samping,” tambahnya.

Namun, hewan laut filum Echinodermata itu harus benar-benar terbebas dari racun. “Gamat yang dikonsumsi harus dimurnikan atau diekstrak,” kata Akham. Menurutnya gamat disinyalir dapat berfungsi sebagai antivirus.

Sarang semut pun dapat menjadi pilihan dalam mengatasi hepatitis. Itu lantaran senyawa flavonoid yang berguna sebagai antioksidan dan antivirus. Ia mampu meningkatkan kesegaran dan pemulihan stamina tubuh. Kandungan taninnya pun manjur memperbaiki fungsi hati. Sarang semut juga mengandung glikosida yang diduga berperan sebagai imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Virus yang masuk dapat ditangkis oleh antibodi yang dibentuk oleh sel hati.

Sifat sarang semut yang larut dalam air mempermudah penyerapan dalam hati. Karena itu sarang semut bekerja baik bila dikonsumsi berupa rebusan. “Tidak dalam bentuk kapsul,” ujar Akham.
Dosis

Bukti empiris menunjukkan keempat panesea itu dapat menghalau laju virus dan memperbaiki sel hati. Namun, harus diperhatikan dosisnya. Contohnya buah merah. Tingginya kandungan betakaroten dan alfatokoferol buah jika dikonsumsi berlebihan merusak kerja hati. “Kedua senyawa itu diproses hati. Jika dosisnya terlalu banyak, sedangkan hati sedang terinfeksi virus, malah membuat hati berkerja terlalu berat,” ujar Ahkam. Karena itu dosis yang dianjurkan 1 sendok makan/minggu.

Betakaroten dan alfatokoferol dapat dihilangkan dari komponen buah merah melalui pemurnian yang dilanjutkan dengan kolom. Artinya, buah merah yang telah dimurnikan dimasukkan dalam tabung. Di sanalah terjadi pemisahan senyawa yang dibutuhkan. “Bila itu telah dilakukan, niscaya buah merah sangat efektif mengatasi hepatitis,” ujar Akham.

Berbeda dengan buah merah. Minyak perawan itu dapat dikonsumsi setiap hari. Untuk menjaga kebugaran cukup dikonsumsi 1 sendok/hari. Sayang, tidak terdapatnya fl avonoid membuat VCO tak seaktif buah merah dalam menghadang virus. Pun gamat, dapat dikonsumsi setiap hari dengan dosis 1-2 sendok makan 3 kali sehari.

Hampir sama dengan buah merah, adanya kandungan tokoferol membuat sarang semut tak bisa dikonsumsi setiap hari. Sebaiknya hanya dikonsumsi seminggu sekali 1 sendok makan hasil ekstraksi. Artinya, 1 sendok makan sarang semut direbus dalam 2 gelas air selama 15 menit hingga tersisa 1 gelas. Secara empiris keempat panasea itu terbukti menghalau virus hepatitis. Pilihan kini di tangan Anda.

Tidak ada komentar: