Kamis, 27 Agustus 2009

Terawang Jantung

Terawang Jantung

Kemajuan dunia ilmu dan teknologi kedokteran terus berkembang hingga melahirkan.berbagai teknik canggih penanggulangan penyakit jantung koroner (PJK). DI antaranya teknologi bedah coronary bypass. Balonisasi koroner atau PTCA rotablator, dan beberapa lagi.Wartawan Intisari menguraikan seluk beluk berbagai teknik tersebut serta biaya yang dikeluarkan pasien setelah mengunjungi tiga rumah sakit ternama di Singapura dan RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Dibeberkan pula kiat sejumlah rumah sakit di negeri jiran itu sehingga menarik minat pasien dari luar termasuk Indonesia.
Pak Imam, sebutlah begitu, hatinya plong lantaran penyakit jantung koroner yang sudah beberapa tahun dideritanya sembuh berkat pernbedahan bypass tahun Ialu.
Gejala penyakit ia rasakan sekitar 4 5 tahun Ialu. Begitu terbangun dari tidur, dada kirinya, terasa nyeri bukan main. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia segera dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa, ternyata ada penyumbatan pada dua pembuluh darah koronernya. Ketika kesehatannya pulih setelah dirawat dan diberi obat, ia kembali bekerja meski dengan perasaan khawatir terjadi serangan ulang. Rupanya kekhawatirannya betul terjadi. sepulang dari bertugas di luar negeri awal tahun lalu. Kembali ia terbaring di rumah sakit untuk kedua kalinya.
Mengikuti saran adiknya yang baru,saja berhasil men jalani pembedahan bypass karena penyakit serupa di sebuah rumah sakit di Singapura, ia pun menjalani operasi disana, dengan hasil yang baik pula. Kendati sudah sehat kernbali, ia harus membatasi makan makanan berlemak, rajin berolahraga ringan, dan hidup lebih teratur daripada sebelumnya. Agar tidak cepat kambuh lagi.

Lagi lagi karena saya hidup
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pernicu timbulnya penyakit jantung koroner (PJK) seperti diderita Pak Imam yang penduduk Jakarta itu, antara lain diluar faktor keturunan ialah kurangnya kesadaran akan pentingnya menerapkan pola hidup sehat. Misalnya, mengurangi makan makanan berlemak jenuh, tidak merokok, menghindari stres, berolahraga, dan hidup secara teratur.
Penyakit yang rata rata,menimpa warga masyarakat kota yang berusia 45 tahun keatas itu masih merupakan pembunuh nomor satu di Jakarta, juga Singapura. Bahkan dr. Wu Dar Ching, ahli bedah jantung dan paru paru pada RS Mount Elizabeth di Singapura, menyatakan jumlah penderita PJK di kotakota besar melonjak 10 kalinya dibandingkan dengan 10 tahun Ialu. Malah kini pria berusia 35 40 an di kota besar sudah banyak yang terkena PJK, kata dr. Moechtar Hanafy, ahli jantung dari RS Harapan Kita, Jakarta.
Di samping karena pola dan gaya hidup yang tidak sehat itu, kata dr. Wu, lonjakan drastis itu bisa jadi akibat meningkatnya usia harapan hidup dan faktor keturunan.
Sebagai gambaran, dalam 10 tahun terakhir ini di RS Jantung Harapan Kita sebanyak 6.000 pasien menjalani pembedahan jantung, 55% di antaranya lewat bedah bypass, dan beberapa lagi dengan balonisasi koroner atau PTCA (percutaneous transluminal coronary angioplasty).
Sedangkan di Singapore General Hospital (SGH) dalam 5 tahun terakhir ini lebih dari 3.000 pasien melakukan pengecekan jantung. Tiga puluh persen diantaranya berasal dari negara tetangga, seperti India, Thailand, dan terbanyak dari Malaysia dan Indonesia. Dari 3.000 pasien itu 700 orang menjalani pengobatan dengan balonisasi dan 1.000 orang menjalani bedah bypass, kata Dato Dr. Arthur Tan, kepala Unit Penyakit Jantung pada rumah sakit umum itu, yang juga berpraktek di RS Gleneagles, Singapura.
Sekitar 30% pasien PJK yang pernah terkena serangan, kata dr. Wu, tidak merasakan gejala sebelumnya. Gejala PJK yang dimaksud ialah rasa nyeri di dada kiri atau tengah (angina Pectoris) seperti tertekan, napas sesak, dan ada kalanya nyeri terasa sampai ke bagian belakang tulang dada, lengan kiri, leher, bahkan rahang. Terkadang juga disertai rasa rnual sampai muntah. Rasa nyeri timbul akibat pembuluh yang tersumbat tidak mampu memasok cukup zat asam dan nutrisi yang dibawa darah bagi otot jantung.
Namun pasien yang memiliki keluhan angina pectoris, bukan jaminan pasti terkena serangan jantung (heart attack). Banyak orang dengan keluhan angina hidup bertahun tahun tanpa pernah terkena serangan. Dengan pengobatan atau penanganan tertentu, keluhan itu bisa dihilangkan setiapkali muncul. Namun jika gejala angina nampak lebih berat dan berlangsung lebih lama (biasanya lebih dari

.>>>>>>>>ke hal 05

OTOT . PUNGGUNG Pengganti Otot Jantung
Jantung yang berlubang atau klepnya bocor dapat direparasi.Pembuluh koroner yang tersumbat dapat dibalon atau dibedah by pass. Bagaimana dengan otot jantung cacat. atau. lemah yang sering kali diakibatkan oleh serangan jantung.atau kuman yang masuk ke jantung?
Jawabannya, itu bisa diatasi dengan cardiomyoplasty, suatu metode mutakhir yang dikembangkan oleh dunia ilmu kedokteran: Prancis pada 1985 guna menolong penderita lemah otot jantung.
Tindakan bedah ini dilakukan dengah cara mengambil sebagian dari Otot kerangka (skeletal) di daerah punggung bagian bawah. Pada,otot ini ditanamkan dua kawat listrik.
Menurut penelitian, otot punjgung ini dapat diubah struktur dan fungsinya sehingga, mampu bekerja, Sebagaimana otot jantung. Otot tersebut nantinya diselaputkan ke sekeliling jantung untuk memperkuat dindingnya. Selanjutnya, dipasang kawat pemacu jantung di permukaan jantung berupa komputer kecil yang ditempatkan di bawah kulit abdomen (perut)
Dua minggu setelah pembedahan, dokter menyalakan alat pacu, tersebut melalui pembedahan kecil, sehingga otot penolong tadi mulai berkontraksi seirama dengan jantung. Proses stimulasi ini berlangsung sekitar 5 bulan, sampai otot punggung bekerja seperti otot jantung. Kekuatan baterai alat pacu bertahan sampai 2 3 tahun, yang tercanggih bisa 6 7 tahun Kala setrum baterai habis, tinggal diganti lewat pembedahan Harga alat pacu jantung ini sekitar Rp 40 juta, belum termasuk biaya operasi pembedahannya.
Dr. Wu Dar Ching yang mempelajari ilmu bedah cardiomyoplasty ini di Prancis mempraktekkannya bersama rekan rekannya di RS Mount Elizabeth terhadap 6 penderita, yang termuda berusia 40 an, tertua 70 an (2 wanita, 4 pria) dan hasilnya cukup baik.
Teknik ini hanya dilakukan terhadap kasus lemah jantung yang belum parah dan masih bisa ditanggulangi dengan obat, Kalau yang sudah, parah (diperkirakan usia hanya tinggal 6 bulan) jalan satu satunya adalah menjalani transplantasi jantung. Namun tentu saja amat sulit mencari donor yang cocok. Di Singapura hanya SGH yang melaksanakan trarisplantasi jantung.


30 menit), perlu segera mendapat penanganan dokter. Ini tanda tanda awal terkena serangan jantung.
Celakanya, serangan jantung itu sendiri ada yang tidak disertai gejala sebelumnya. Ini sungguh fatal karena bisa menyebabkan kematian mendadak. Menurut Dr. Richard Ng, ahli jantung dari RS Mount Elizabeth, serangan akut (acute myocardial infection) seperti itu terjadi akibat penyumbatan tiba tiba pada pembuluh jantung utama yang sedang mengalami proses penyempitan.
Penyernpitan itu sendiri mungkin belum tentu parah karena tidak menunjukkan gejala apa apa. Tapi celakanya, secara, mendadak tamu tidak diundang berupa gumpalan darah menyumbat total pembuluh tersebut sehingga mengganggu irama jantung. Akibatnya, jantung sama sekali tidak mendapat suplai makanan dan tidak mampu lagi memompa darah. Tapi mungkin juga gejalanya sudah terasa, hanya saja sipenderita tidak tahu atau takut, tambah dr. K.K Ong, ahli bedah jantung dari RS Gleneagles.

Berbagai tindakan bedah
Kemajuan dunia kedokteran, terutama dalam soal PJK, dalam sepuluh tahun belakangan ini sudah banyak melahirkan berbagai cara dan teknik penanggulangan penyakit yang bisa mematikan ini. Keluhan angina yang tidak mempan diatasi. oleh obat atau tindakan lain, dapat ditanggulangi dengan pembedahan coronary bypass (sering dikatakan bypass saja), balonisasi koroner (PTCA).

Pasien PJK yang sering terkena angina, menurut Dr. Richard Ng, dianjurkan menjalani bedah bypass atau jalan pintas. Penyumbatan pembuluh darah koroner yang sudah parah dan tidak dapat diatasi lagi dengan tindakan lain juga disarankan menjalani operasi ini. Sebab, penderita dengan keadaan pembuluh yang demikian, lebih berisiko terkena serangan jantung.
Namun, ada kalanya sekalipun ditemukan. ada tiga pembuluh yang tersumbat, belum tentu berarti parah. Bahkan sering kali masih bisa diatasi dengan PTCA, tambah Dr.Richard Ng. Dikatakan parah, apabila dua atau lebih pembuluh utama tersumbat. Pembuluh koroner kiri yang mempunyai batang utama yang pendak memiliki dua cabang yang terpenting peranannya. Dr.Wu menambahkan, tindakan pembedahan sekaligus mengurangi penderitaan angina agar pasien dapat melakukan kegiatan kembali seperti biasa.
Dr.Richard Ng menegaskan, penderita PJK yang masih berusia 40an sedapat mungkin diatasi dengan balonisasi koroner atau PTCA, kecuali kalau keadaan tidak memungkinkan lagi. Pasalnya, Perjalanan hidupnya kan masih panjang, katanya. Lewat 10 tahun usia pembedahan, menurut statistik, sebagian besar penderita¬yang pernah menjalani pembedahan bypass mendapat gangguan kembali karena pembuluh pintas atau pembuluh lain mulai mengalami penyumbatan.

Apalagi kalau si penderita tidak mengubah pola hidup dengan memperhatikan makanan, rajin memeriksakan diri, beristirahat cukup, mengurangi pekerjaan yang mengakibatkan stres, dll. Tindakan pembedahan jalan pintas kedua atau ketiga bukanlah tidak mungkin dilakukan, namun risikonya menjadi lebih besar. Prosedur pembedahan lebih lama, kemungkinan perdarahan lebih besar serta pemulihannya memakan waktu lebih lama, tegas Dr.Richard Ng.

Pembuluh dada paling pas
Tindakan bedah coronary bypass, yang diperkenalkan sejak 1952 di AS, dilakukan pada bagian pembuluh darah arteri koroner yang tersurnbat. Dulu biasanya dokter hanya mengambil sepotong pembuluh darah balik (vena) di bagian paha atau betis untuk membuat jalan pintas.
Namun, yang terbaik diambil dari pembuluh dada (intenal mammary artery (IMA). Dibandingkan dengan pembuluh betis, misaInya, IMA lebih bagus dan kuat daya tahannya, Jelas Dr.Arthur Tan. Artinya, setelah. 10 tahun, kemungkinan pembuluh pintas dari betis mengalami penyumbatan kembali lebih dari 50%, sedangkan pada IMA kurang dari itu.
Pembuluh dada yang hanya ada dua ini dipotong dengan sangat hati-hati. Yang terbaik kualitasnya biasanya yang kiri. Bagian ujung pembuluh disambungkan pada pembuluh koroner, jantung yang meng alami gangguan untuk membuat jalan pintas aliranan darah
Pembuluh IMA saja belum cukup, masih harus ditambah pembuluh darah balik betis. Satu ujung pembuluh disambungkan pada aorta, yakni pembuluh utama dari jantung yang mengangkut darah dan zat asam, ujung lain disambungkan pada pembuluh koroner untuk membuat jalan pintas pada pembuluh yang tersumbat agar mampu mensuplai kembali darah pada otot jantung. Pembuluh yang tersumbat rapat tidak diotak-atik
Selama operasi yang berlangsung 3 - 6 jam, jantung berhenti bekerja. Untuk itu dipasang mesin pengganti jantung dan paru~paru. Suhu darah diturunkan sampai 25 - 28 Celcius. Zat asam dan darah terus dipantau, jangan sampai terjadi pembekuan. Tidak kalah penting ialah tindakan suci hama ruangan dan sistem anestesi yang baik. Setelah operasi selesai, jantung yang sempat mandek tadi harus dirangsang untuk bekerja lagi derigan stimulator elektrik defibrilator.
Menurut pengalaman dr Wu selama melakukan operasi ia seIalu didampingi seorang ahli bedah jantung lain. Ini penting, agar kalau ada masalah yang perlu segera dipecahkan, dapat langsung didiskusikan, katanya. Kecuali itu, kalau sampai terjadi kegagalan, ia tidak menanggung derita sendiri, timpal dr. Tan King Twok, ahli bedah jantung lain, rekan dr. Wu.
Alat balonisasi koroner Rp 2,4 juta
Tindakan operasi PTCA atau balonisasi koroner, dilakukan umumnya pada pasien yang mengalami penyumbatan pada dua pembuluh yang belum begitu parah. Prinsip kerja PTCA ini sebenarnya sederhana, yakni menggilas materi penyumbat pembuluh darah sehingga jalannya aliran darah terbuka kembali. Alatnya berupa kateter yang di ujungnya terdapat semacam balon yang bisa -dikernbang-kernpiskan. Melalui tusukan kulit di paha kanan, kateter dengan bantuan kawat penuntun di dalamnya dimasukkan sampai ujungnya mencapai daerah penyempitan.
Balon kateter Ialu dikembangkan selama beberapa detik untuk menggilas atau menekan materi penyumbat ke dinding arteri sehingga lubang saluran normal kembali. Pemantauan jalannya kateter dan periggilasan ini dilakukan lewat bantuan sinar X pada layar monitor.
Seseorang yang menjalani PTCA hampir selalu mengalami luka kecil dalam pembuluhnya. Pada pasien yang penyembuhan lukanya lama, menurut- Dr. Arthur Tan, akan lebih mudah mengalami penyumbatan kembali setelah 3 - 6 bulan. Jumlah pasien jenis ini. sekitar 30 - 40%.
Namun penderita yang kurang beruntung ini kalau menjalani pembalonari lagi,, keberhasilanrya akan meningkat. Yang tidak berhasil pada PTCA kedua kalinya hanya 10%, dan masih bisa mencoba lagi. Jadi, PTCA bisa dilakukan berulang kali, dengan jarak waktu tidak ditentukan. Pasien dirawat 3 - 4 hari di rumahsakit, tidak dibius total, hanya terasa sedikit nyeri pada dada kiri.
Tindakan operasi PTCA ini relatif mahal karena peralatan yang sekali pakai itu bernilai sekitar Rp 2,4 juta, dan pengerjaannya rumit Sebab itu, menurut dr. Yusak dari RS Harapan Kita, acap kali alat ini masih bisa digunakan sekali lagi, dengan hasil yang nyaris sama baiknya. Tapi tentunya harga yang harus dibayar pihak pasien (biasanya yang kurang mampu - Red.) kurang dari setengahnya, katanya
Tmgkat kegagalan operasi PTCA ini, menurut Dr. Arthur Tan, hanya 0,5% dan tidak membahayakan jiwa. Di SGH kami sudah melakukan PTCA pada 3.000 pasien dan hasilnya baik, katanya. Sementara itu di RS Harapan Kita, menurut dr. Moechtar Hanafy, PTCA -sudah dilakukan sejak tahun 1987. Sampai akhir 1994, sudah ditangani 828 tindakan berbagai kasus. Angka keberhasilannya 93,6%, angka komplikasi 2,6%.

Dibor. dipotong, dan diganjal
Tiga teknik lain untuk menormalkan fungsi pembuluh darah yang dilakukan para ahli jantung akhir-akhir ini, selain PTCA, yaitu teknik dengan alat yang disebut rotablator, directional coronary atherectomy (DCA) dan intracoronary stent.
Rotablator digunakan untuk menggempur sumbatan yang keras atau memanjang akibat turnpukan kalsium. Alatnya berupa kateter berisi kawat halus dengan bor berlapiskan intan di tengahnya. Ukurannya beraneka macam tergantung pada kebutuhan.Dengan kecepatan 190.000 - 200.000 putaran per menit, alat ini mengebor sumbatan pada pembuluh agar aliran darah lancar kembali, Dengan kecanggihan tertentu. alat ini tidak merusak jaringan sekeliling sumbatan. Pengeboran itu menghasilkan hancuran atau partikel berupa serabut, jaringan kalsium, dan lemak berukuran 5 mikron lebih kecil dari pada sel darah merah. Partikel itu kemudian terbawa oleh aliran darah, lalu diganyang dan dimusnalIkan Oleh sel darah putih.
Namun, menurut dr. Yusak, acap kali hasil penggernpuran dengan rotablator tidak selalu sempurna. Sehingga pekerjaan dilanjutkan dengan teknik PTCA agar sumbatan terkikis habis. Dalarn teknik DCA yang hingga kini belum dimanfaatkan oleh para ahli jantung di RS Harapan Kita dengan alasan kecanggihannya kurang mantap digunakan piranti berupa alat potong yang dapat dimasukkan ke dalarn pembuluh yang tersurnbat. Alat ini dapat diatur posisinya agar menghadap ke bagian yang tersurnbat. Dengan menghidupkan mesin yang terdapat pada pangkal kateter, pemotong bergerak cepat masuk ke dalam kerucut Pada Ujung kateter.
Kelebihan alat ini,, serpihan hasil pemotongan sumbatan yang tersimpan dalarn ujung kerucut dapat diambil untuk dianalisis di bawah mikroskop Alat ini tepat untuk jenis sumbatan yang sifatnya berlainan dengan sumbatan pada umumnya (sumbatan yang menyebabkan pembuluh menggelembung pada satu sisi). Sering kali dengan PTCA jenis sumbatan seperti itu hasilnya tidak begitu efektif, kata Arthur Tan. Dengan teknik DCA, begitu sumbatan sudah terpotong potong berhasil diambil, hasilnya akan langsung, kelihatan. Lewat PTCA ataupun rotablator, materi penyumbat yang terkikis tidak bisa diambil.
Alat intracoronary stent berupa per elastis terbuat dari baja antikarat (panjang 15 - 44 mm, diameter 3 - 8 mm) yang ditempelkan pada kateter balon. Balon pembawa stent ditiup sampai ke bagian pembuluh yang tersumbat, Ialu diturunkan untuk menyangga pembuluh tersebut agar tetap terbuka.
Menurut dr. Hanafy, yang juga berpengalaman menggunakan alat ini, Penggunaan stent tergantung kebutuhan. Stent dapat langsung dipasang tanpa harus menjalani PTCA lebih dulu. Dalam keadaan darurat, stent dipasang untuk mencegah risiko fatal kalau selama PTCA tiba-tiba pembuluh menutup kembali. Atau alat ini dipasang untuk menyangga pembuluh setelah sumbatan dibersihkan dengan PTCA. Juga bisa untuk menutup luka kecil akibat tindakan PTCA.
Dr. Arthur Tan telah menggunakan alat ini selama 5 tahun pada sekitar 300 penderita PJK - dan ternyata bermanfaat bagi pasien yang pernah mendapatkan PTCA tapi kembali mengalami sumbatan. Dalam waktu 3 bulan benda asing ini.menyatu dengan jaringan tubuh. Dalam kasus tertentu, pemasangan stent bisa lebih dari 2 buah.

Pasien dan keluarga dihibur
Sebelum dilakukan pembedahan tentu saja perlu persiapan yarg matang. Pertama-tarna, menurut Dr. Ng, selain keadaan pembuluh jantung perlu diperhatikan juga bagaimana kondisi jantungnya sendiri, apakah iramanya normal, apakah otot-ototnya ada yang melemah, dsb.
Perneriksaan awal yang diperlukan antara lain dengan elektrokardiografi (untuk memberi gambaran aktivitas elektrik jantung), treadmill test (untuk mengukur jumlah denyut jantung), angiokardiografi atau lebih dikenal dengan sebutan kateterisasi (melalui kateter halus yang didorong sampai ke jantung, alat sinar X memotret keadaan pembuluh jantung yang bermasalah.), dan ekokardiografi.
Tes ekokardiografi yang berlangsung selama 0,5 - 1 jam ini mencakup tiga macam pemeriksaan, yakni doppler echo (mengecek kondisi jantung), stress echo (mengecek apakah terdapat cukup suplai darah ke jantung dalam keadaan stres), dan transesophageal echo (memberikan gambaran lebih detil keadaan jantung bagian dalam).

Sementara itu penderita PJK yang juga mengidap penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, atau fungsi ginjalnyci tidak normal mendapat perhatian lebih khusus. Karena itu diperlukan kerja tim dokter yang baik tutur Dr.Ng. Kalau. fungsi jantungnya masih baik, risiko kegagalan sangat kecil (1%). Kalau keadaan jantungnya kurang baik - biasanya karena kerusakan otot jantung - pembedahan belum tentu bisa dilangsungkan karena risikonya tinggi.

Bagi dr. Wu maupun dr. KK Ong, yang dalam 1 tahun membedah sekitar 400 pasien jantung, pembedahan bypass kini merupakan tindakan rutin.

Artinya, Tidak perlu dicemaskan risikonya, kata mereka. Asalkan persiapannya matang. Yang tidak kalah penting, tegas dr. Ong, pendekatan psikologis kepada pasien agar tidak terlalu cemas menghadapi pembedahan besar itu. Wu maupun Ong selalu mengunjungi pasien yang akan dibedah sehari sebelumnya untuk memompakan semangat. Kesuksesan operasi selain tergantung pada keahlian dokter, juga pada kemantapan pasien itu sendiri, kata Ong yang sering melakukan bedah jantung pada bayi berkelainan klep bocor sampai pasien berusia 80 tahun dengan kelainan PJK. Selain pasien, menurut kedua dokter tadi, juga tidak kalah penting menghibur keluarganya agar mereka lebih tenang.
Bahkan menurut dr Ng, pasien perlu dikenalkan dengan pasien lain yang baru saja menjalani pembedahan, kepada para perawat dan dokter lain yang membantu di kamar bedah. Penjelasan tentang jalannya operasi serta orientasi soal ruang bedah dan ICU dengan segala peralatannya yang rumit, penting diberikan agar pasien lebih mantap menjalani operasi, dan tidak ciut nyalinya menyaksikan segala macam peralatan yang dihubungkan ke tubuhnya setelah. siuman.
Pak Imam yang ditangani dr. Ong pun masih ingat, sehari sebelum operasi, ia diajak dokter ini berpiknik keliling rumah sakit.

Saat saat kritis
Menurut pengalaman dr. Wu, ada saat saat kritis selama pembedahan berlangsung, yakni ketika harus menentukan bagian pembuluh bagian mana yang paling tepat untuk dipasang sebagai bypass, serta bagaimana memasangnya secara tepat agar pembuluh jalan pintas itu nanti berfungsi dengan baik.
Sementara dr. Ng lain lagi. Menurutnya, situasi kritis dia rasakan saat mesin pengganti jantung paru paru harus dihentikan, dan jantung dikembalikan ke fungsinya. Sebab di situlah antara lain keberhasilan pembedahan diuji. Pertanyaari mendebarkan yang sering muncul, apakah jantung dapat berdenyut kembali dengan baik.? Apakah aliran darah melalui bypass berjalan dengan baik? Pada saat ini tekanan darah harus terus dipantau, jangan sampai turun drastis. Jangan pula sampai terjadi emboli (gelembung udara yang masuk ke dalam sirkulasi darah) serta perdarahan. Semua ini perlu ketelitian, keterampilan, dan tentu saja keahlian, kata Dr. Ng.
Perawatan pascabedah tidak kalah pentingnya. Apalagi kalau si pasien sudah di atas 70 an tahun atau menderita penyakit lain. Efek sampingan yang bisa terjadi (di bawah 5%), misaInya serangan jantung ringan, stroke, dan yang terberat kalau sampai terjadi shock (kegagalan jantung).
Stroke bisa terjadi kala pembuluh si pasien berpembawaan gampang menyempit atau tersumbat. Sebab itu, sehari penuh selama masa kritis, tenaga ahli (1 2 perawat) harus selalu, siaga mengawasi kerja jantung lewat layar monitor komputer. Yang perlu dipantau pula ialah aliran darah, tekanan darah, kerja paru, paru, kerja listrik otak, urine, oksigen, dsb. Kalau sampai terjadi sesuatu yang kurang beres harus segera ditanggulangi karena akan mempengaruhi seluruh regulasi tubuh. Jangan menunggu. sampai terjadi shock, tutur Dr. Ng. Barangkali pengalaman dr. Wu ini bisa diikuti dokter lain. Ia bisa mengawasi pasien yang baru dibedahnya karena mempunyai alat canggih carefree program yang dapat memantau keadaan pasien dari kantor maupun rumah. Rekaman kondisi pasien dapat terbaca di layar kornputer melalui bantuan modem yang disampaikan ke rumah atau klinik saya, ceritanya. Kalau semuanya OK, saya bisa tidur pulas. ,
Sebaliknya, Ong yang ingin selalu dekat dengan pasiennya, berusaha terus menunggui pasien sambil menghibur hati keluarga pasien. Hampir setiap hari Ong hanya sempat tidur 3 .- 4 jam. Bagaimana tidak, rata-rata ia melakukan pembedahan 1 - 2 pasien, bahkan 3 pasien sehari. Karena itu kalau ada kesempatan tidur siang barang 10 - 20 menit di klinik, saya manfaatkan, katanya. Memang, istri pertamanya rumah sakit, bukan saya canda Ny. Ong, yang setia membantu suaminya di klinik.
Masa kritis pasien bedah hanya berlangsung sehari. Pada umumnya hari kedua pasien boleh dipindahkan ke kamar biasa. Hari ketiga berlatih jalan, hari kelima kalau tidak ada keluhan, boleh pulang. Pemulihan dan penyesuaian lingkungan hendaknya dilakukan bertahap saran Dr. Ng. Selang dua-tiga bulan pasien---bisa bekerja kembali. Kalau ingin berolahraga, hendaknya dipilih yang tidak bersifat prestatif atau kompetitif, tapi yang ringan ringan saja
Sementara itu perlu selalu dijaga kenormalan tekanan darah (130 - 80), kadar kolesterol (di bawah 200 mg/dl), dan trigliserida (di bawah 200 mg dl). Kalau perlu, untuk menstabilkan ketiga faktor penyebab. utama PJK tersebut pasien diberi obat. Obat aspirin dimakan sekali sehari untuk mencegah terjadinya gangguan Pembuluh jantung kembali karena obat ini berfungsi mengencerkan darah. Aspirin sekali sehari juga disarankan bagi,siapa saja yang berisiko tinggi terkena PJIK.
Disarankan, mereka yang mempunyai risiko tinggi atau berketurunan PJIK jangan lupa rajin memeriksakan diri. Setelah usia 40 tahun, lakukan pemeriksaan dua tahun sekali, setelah 50 tahun sekali setahun, kata Dr. Richard Ng. Kalau masyarakat tidak juga menyadari, entah apa jadinya sesudah tahun 2000 Penyakit jantung koroner sungguh merepolkan, sebab itu mulai hari ini ubahlah pola hidup Anda! Sayangilah tubuh AndaL Yang bisa menjaga kesehatan tubuh Anda hanyalah Anda sendiri! pesan dr. KK. Ong.

Senyum Untuk Pasien
Bersih teratur dan ramah. Itulah kesan pertama masuk ke tiga rumah sakit di Singapura, yakni Singapore General Hospital (SGH), RS Gleneagles, dan RS Mount Elizabeth. Namun ukuran reputasi sebuah rumah sakit itu sebenarnya apa? Sebuah rumah sakit tidak perlu, mewah layaknya hotel kualitas berbintang lima. Yang penting. justru standar di bidang, pelayanan, kebersihan, ketelitian maupun, keahlian, dan pengobatannya terjamin. dengan demikian masyarakat akan percaya pada rumah sakit tersebut, jelas,,Dr.. Richard Ng.
Menuruthya, sekali melakukan kesalahan fatal, sebuah rumah sakit akan sulit mengembalikan citrarrya., Dengan 505 tenipat tidur RS Mount Elizabeth punya kiat guna mempertaruhkan reputasinya, a.l. personel yang terlatih, penuh dedikasi, dan cinta pekerjaan. Mulai dari tenaga non ahli seperti kebersihan, pembantu, sampai tenaga ahli lab, perawat dan dokter harus terlatih dan penuh dedikasi, ujar Ida Lim, humas rumah sakit itu. Hanya doker spesialis yang boleh bekerja di rumah sakit ini. Ny Tan Hoong Chu Eng, mantan perawat yang kini,kepala administrasi dan komite, operasional RS Gleneagles,. Yang juga dibuka di Tangerang itu, menambahkan Perawat harus pula mengantongi ijazah dari Singapore Nursing Board, sekalipun sudah mempunyai ijazah luar negeri
Sebuah rumah sakit kata Dr..Ng. setidaknya harus mempunyai visi meski peningkatan kualitas tidak, bisa diraih secara, drastis Unluk itu perlu belajar dari negara lain yang dipandang mempunyai standar kualitas lebih tinggi dalam segi pelayanan maupun keahlian teknologinya. Tentu saja standar kualitas, harus disesuaikan dengan budaya negara itu sendiri. Apa yang dianggap bagus di AS, misalnya, belum tentu cocok diterapkan di sini, sambung Laurence Lim Hong Haw, chief executive officer pada SGH. Perlu pula diperhatikan pemberian penghargaan kepada staf yang berprestasi dalam pelayanan, tambah Lim. Penghargaan Service Quality Award, dilakukan 3 kali di SGH, periode bulanan dan tahunan. Salah satu ujudnya berupa uang dan penggantian pening nama dengan warna hijau serta kenang kenangan lain. Penilaian oleh komisi, penilai tersebut diperoleh berdasarkan masukkan dari staf.lain, pasien, dan juga para pengunjung tentang, misaInya, bagaimana para staf menerima telepon, berbicara (keramahan); menghargai pasien, dsb.
Banyak senyum! Itulah yang belakangan senantiasa diingatkan oleh pemerintah, Singapura, khususnya.,untuk bidang .pelayanan.
Tidak heran ketika berkunjung ke`rumah sakit umum yang, dikelola pemerintah Singapura, semua pegawai berusaha ramah,dan murah senyum kepada setiap pasien maupun pengunjung.
Belum lama ini, SGH mempraktekkan sistem pendekatan ber orientasi pada pasien untuk menaikkan citra rumah sakit dalam soal pelayanan Misalnya, di rumah sakit itu terdapat Ruang Visitors Center yang disediakan untuk mereka yang hendak mengadukan ketidak puasan pelayanan
,,Di, situ Anda boleh megomel, memaki, bahkan kalau perlu mengebrak meja untuk menyatakan ketidak puasannya.Kecepatan pelayanan tidak kalah penting untuk menunjukan reputasi.Waktu tunggu pasien diusahakan tidak lebih dari 30
,menit. Hasil check up dapat selesai dalam waktu 2 jam Kalau,, dokter menginginkan data pasien, tinggal pencet komputer, dan akan datang lewat telelift (kotak yang dijalankan dengan rel melalui langit langit gedung), kata Lim.

Lalu, antar jemput pasien dengan. bus dilakukan sampai ke stasiun MRT (kereta bawah tanah). Pemesanan kamar bahkan hotel atau apartemen bisa dilakukan lewat Divisi Guest Relation, Tempat melayani pasien rawat jalan atau rawat sehari (ambulatory surgery centre) yang memerlukan biopsi atau pembedahan kecil, pun dilokasikan. Jadi pasien tidak perlu berjalan ke sanaisini untuk sinar X, pemeriksaan lab USG dll.

Singapore General Hospital, rumah sakit rujukan. yang berdiri sejak tahun 1926 di atas tanah seluas,18,3 ha, berkapasitas 1.660 tempat tidur dan memiliki, 200 spesialis ini, sejak tahun 1989 diubah statusnya menjadi semacarn BUMN. Artinya,.walaupun tetap mendapat subsidi pemerintah, SGH harus mampu mencari:biaya,.untuk membayar, para, ahlinya,. mendidik para generasi penerusnya, dan memperbaiki kualitas diri maupun gedungnya yang tampak bersili dan asri,itu.

.. Sebuah rumah sakit tidak perlu takut bersaing dengan rumahsakit lain. Kalau kita terus berusaha memberikan yang, terbaik bagi pasien, pasti reputasi. kita akan, balk, tegas Lim. Perlakukanlah Pasien secara individual, tambah Ny Tan. Bukankah selama pasien di rumah sakit keselamatan jiwanya berada di tangan kita sepenuhnya? Ketika Pasien boleh pulang, jangan lupa menanyakan kesan kesannya selama dirawat di rumah sakit. Pasien adalah raja. la boleh memilih, boleh bertanya, kalau kurang puas pun boleh mengeluh. Itulah salah satu kiat menjaga reputasi

MENGAPA MESTI KE SINGAPURA?
Sungguh, saya tidak meragukan keahlian dokter ahli jantung di Indonesia. Saya hanya mengikuti saran adik saya. begitu alasan Pak Imam, contoh penderita di awal. tulisan mengapa berobat di negeri jiran itu, sehubungan dengan penyakit jantung koronernya.:
Saya memilih rumah sakit di Singapura karena pelayanannya baik, serta tindakannya cepat dan praktis , aku seorang pasien lain asal Indonesia yang tak mau dicanturnkari namanya.
Sulit mencari data yang pasti, tetapi tidak sedikit warga negara Indonesia mencari upaya kesembuhan penyakit, termasuk PJK atau jantung pada umumnya, di negeri itu.
Saya kira karena pandainya mereka berbisnis saja, Toko mereka lebih gemerlapan komentar dr. Tarmizi Hakim, ahli bedah jantung pada.RS Harapan Kita, menanggapi hal -itu. Indonesia jelas tidak kalah dalam pengalaman, keahlian, maupun kecanggihan peralatannya. Seharusnya sudah waktunya para penderita, termasuk pemimpin kita merasa mantap berobat di negeri sendiri.
Dr. Tarmizi tidak mengada-ada. Menurutnya, dalarn 10 tahun terakhir ini di RS Jantung Harapan Kita-sudah 6.000 pasien menjalani pembedahan janturig:-55% diantaranya lewat bedah bypass, dan banyak lagi dengan balonisasi koroner atau PTCA.
Kenyataan itu didukung Dr. Richard Ng, Saya yakin bukan soal pengalaman keahlian, kecanggihan peralatan, ataupun keadaan rumah sakitnya. Para dokter. disini tidak sesibuk di Indonesia, sehingga pasien juga yang tidak sebanyak di negeri Anda, Anda merasa lebih tenang dan leluasa, berbincang, dengan dokter untuk menanyakan detil penyakitnya. Bisa juga lantaran, informasi keberhasilan pasien disampaikan dari mulut ke mulut. Juga jarak Singapura,.dengan Jakarta misalnya begitu dekat sehingga biaya tidak memberatkan, katanya diplomatis.
Apa bukan soal ongkos berobat yang lebih murah? Rupanya tidak. Menurut Ida Lim direktur pelayanan, Humas, serta komunikasi dan pemasaran RS Mount Elizabeth soal biaya memang lebih mahal tapi masih masuk akal apalagi nilai mata uangnya pun berbeda.
Menurut dr.Tarmizi, di Indonesia justru lebih murah, 30% - 40%. Seorang pasien yang pernah menjalani bedah bypass di RS Harapan Kita menyebutkan,angka Rp.20 jutaan.
Informasi yang,bisa diperoleh tentang biaya pembedahan bypass yang dijalani pasien Indonesia di Singapura macam-macam. Ada yang bilang menghabiskan Rp 50 juta, tapi ada yang,hanya, Rp 35 juta.
Sementara itu Pak Imam yang berobat di RS Umum Singapura, mengaku merogoh kocok: ± Rp 20 juta pada tahun Ialu.
Perinciannya, biaya opercisi ± S $ 10.000 (± Rp 16 juta) terdiri atas tarif dokter bedah S $ 3.200 (± Rp 5.120.000) fasilitas operasi S $ 2.180 (± Rp 3.488.000,-), anestesi S $ 800 (± Rp 1,280.000,-), ICU S$ 420/malam atau ± Rp 672.000,- (bandingkan dengan di RS swasta Indonesia Rp 240.000,-/malam), kamar tipe B 1 (kapasitas 3 - 4 tempat tidur) S $161 (± RP 257.600,-)/malam, ditambah biaya, pengobatan, laboratorium, sinar X dll. S $ 1.434 (± Rp 2.294.000,-)
Setelah ditambah aneka biaya pemeriksaan prabedah, total jenderal habis Rp 20 jutaan, setelah mendapat potongan harga 5%, dari pemerintah untuk kamar tipe B 1 (pasien asing hanya boleh menempati ruang dengan 1 - 4 tempat flour). Untuk pasien lokal harga lebih murah karena disubsidi pemerintah.
Di RS Gleneagles- yang berkapasitas, 500 tempat flour, untuk check-up jantung ulang baru-baru ini Pak Imam menghabiskan S $ 440 (± Rp, 704.000,-) dengan perincian, tarif dokter S $ 100 pemeriksaan ekokardiografi S $ 300, pemeriksaan EEG S $ 40 ditambah biaya pembelian obat Harga kateterisasi tahun Ialu di SGH, S $4.200 (±. Rp, 6.720.000,--) Terhadap. pasien. kurang mampu dr Ong menyatakan biasanya tarif dokter yang bisa ditekan atau dibebaskan.
Di-sebuah RS swasta cukup mewah.di, Jakarta pemeriksaan .treadmill ±.Rp 75.000,- dan Rp 100.000,,-. Tarif dokter jantung Rp 50.000,- Biaya kateterisasi Rp 830.000,-. Paket PTCA plus stent -± Rp 14.500.000,-. PTCA di RS Harapan Kita Rp 7,5 - Rp 10 juta. Tapi kalau ditambah dengan tindakan pengeboran pembuluh-dengan rotablator atau pemasukan stent, biaya bisa dua kali bahkan tiga kali lipatnya kata dr. Hanafy*.Di RS swasta Singcipura, tarif PTCA bisa sampai Rp -30 juta. Biaya PTCA itu -belum termasuk biaya -menginap -2 malam dan perawatan ICU 1 malam

Operasi by pass. pembuluh dada IMA
bagus dan kuat untuk membuat bypass,
selain pembuluh vena dari betis atau paha.


Rotablator: kateter dengan bor.intan
kecepatannya 190.000 - 200.000
putaran per menit.

Tidak ada komentar: