Kamis, 27 Agustus 2009

Harapan Baru bagi Pasien Bedah Jantung Bypass

Harapan Baru bagi Pasien Bedah Jantung Bypass

SERANGAN JANTUNG: Serangan jantung secara tiba tiba bisa terjadi pada penderita jantung koroner.
Selama ini, pada metode bedah bypass masih diperlukan scaffold (alat penyangga) dari material sintesis yang bisa menimbulkan risiko penolakan (reject) oleh tubuh
Dua penelitian yang dilakukan baru baru ini memberikan prospek bagi pasien bedah jantung bypass, serta pasien pasien jantung lainnya. Kedua, penelitian tersebut dipublikasikan belum lama ini dalam pertemuan para ahli jantung seAmerika di Chicago.
Pada penelitian pertama, para ahli membangun blood vessel (wadah untuk menampung darah) dari jaringan sel kulit manusia. Jaringan buatan ini kemudian ditanamkan pada
hewan percobaan. Hasilnya, berfungsi baik untuk jangka waktu lebih dari dua minggu. Jika dicobakan pada manusia, yang diharapkan para ahli sudah bisa dilakukan pada awal 2004 mendatang, maka benar benar akan menjadi berita bagus bagi mereka yang harus menjalani operasi bypass jantung.
Pada metode bedah bypass selama ini masih diperlukan scaffold (alat penyangga) yang terbuat dari material sintesis. Cara ini tentu saja mehimbulkan risiko penolakan (reject) oleh tubuh. Pada penelitian yang baru ini, scaffold seperti itu tidak lagi diperlukan.
"Teknologi yang sedang kami usahakan adalah kemampuan untuk membangun blood vessel dari sel tubuh Anda sendiri. Inilah yang membedakan metode kami dengan metode metode lainnya," ungkap Todd McAllister, kepala penelitian yang juga CEO Cytograft Tissue Engineering di Novato, California, perusahaan yang mengembangkan teknologi tersebut. Metode yang sudah sudah, sambung McAllister, sangat bergantung kepada scaffold.
McAllister dan timnya mengambil sel kulit dari 11 pasien berumur 54 hingga 84 tahun. Semuanya penderita penyakit jantung yang telah menjalani operasi bypass pembuluh darah koroner.
Sel sel tersebut dikembangkan menjadi lembaran lembaran sel. "Lembaran lembaran tersebut seperti serat karbon atau seperti kain. Dari situ kita bisa membentuk struktur tiga dimensi yang lebih kompleks," terang McAllister
Lembaran lembaran pada awaInya akan berfungsi sebagai penyangga yang sifatnya sementara. Namun lama kelamaan akan matang dan membaur dengan jaringan ash di sekitarnya. Proses ini memakan waktu 12 hingga 14 minggu.
Vessel atau pembuluh darah hasil rekayasa jaringan tersebut dicangkokkan pada empat kelompok hewan percobaan, yang kemudian dilepas setelah tiga, tujuh, atau 14 hari, tergantung dari hewan hewan tersebut. Tiga dari empat vessel cangkokan bisa bertahan lebih dari tiga hari tanpa menimbulkan gumpalan gumpalan darah.
Vessel tersebut juga terbukti kuat dan lebih kecil dari vessel yang selama ini pernah ditemukan. Yang utama, berasal dari jaringan tubuh pasien sendiri. Menurut McAllister, prosedur ini bisa dilakukan pada setiap orang.
Namun, agaknya jalan masih panjang sebelum teknik ini benar benar bisa diterapkan pada manusia. Dr Jacob Shani, kepala Bagian Kardiologi Maimonides Medical Center di Brooklyn, New York, yang tidak ikut dalam proyek McAllister, mengatakan bahwa konsep yang digunakan McAllister sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru.
Para ahli telah dan sedang mencoba untuk menumbuhkan jaringan dari sel sel batang (stem cells). Namun tampaknya belum berhasil. Memang menarik, tapi saya tidak mau buru buru menganggap konsep ini benar benar terbukti," ujarnya. Sementara itu, ujarnya, prosedur yang dikembangkan oleh McAllister tidak melibatkan stem cells,, namun sel manusia sesunggulmya.
Meskipun menjanjikan, ungkap Shani, waktu 14 minggu.merupakan kurun yang sangat pendek. "Sejauh ini kan baru diterapkan pada hewan yang tidak memiliki kompleksitas seperti pada manusia." Kendati sangat rnenarik, ujarnya, kofisep ini tetap harus lolos uji coba pada manusia.
Pada penelitian kedua, sel otot tulang dicangkokkan pada hati dari hewan percobaan. Sel hasil cangkokan tersebut ternyata dapat berhubungan dengan sel sel yang ada di sekitarnya, dan mampu menghantarkan sinyal sinyal listrik. Para ahli menilai.temuan ini, suatu hari bisa merupakan alternatif bagi alat pacu jantung.
Myoblast, atau sel sel otot tulang yang masih muda, mampu memproduksi protein yang sama dengan yang digunakan oleh otot otot jantung untuk saling melekat dan menghantarkan sinyal listrik. Dalam penelitian ini, para ahli membuat ekstrak myoblast dari tubuh tikus dan digunakan untuk membuat potongan ]aringan yang kemudian dicangkokkan ke dalam hati tikus. '
"Secara teori metode ini masih memiliki kelemahan.
Secara normal, pada otot otot tulang, ketika sel seInya , diperlakukan berbeda, maka sel sel tersebut akan berhenti mendistribusikan protein yang berguna untuk melekatkan dirinya satu sama lain, baik secara elektronik ' maupun mekanik," ujar Doug Cowan, pimpinan dari penelitian tersebut.
"Kami tidak tahu kalau selsel itu ternyata berperilaku berbeda. Ternyata mereka tetap menyalurkan protein yang diperlukan itu. Masalalmya adalah, ketika mereka dicangkokkan, akankah mereka mampu bertahan dan tetap bekerja," ungkapnya.
Metode ini sebenarnya lebih ditujukan kepada anak anak, yang umumnya mempunyai kesulitan dengan alat pacu. jantung. "Kita masih jauh, jauh sekali, sebelum benar benar bisa diterapkan pada manusia," ujar Cowans. "Kita hanya mengetes apakah ide ini benar benar bisa dilakukan. Sejauh ini hasilnya memang menjanjikan," sambung asisten prof esor bagian anestesiologi Harvard University School of Medicine ini. a

Tidak ada komentar: