Kamis, 27 Agustus 2009

Melawan Kanker dengan Makanan

Melawan Kanker dengan Makanan

Seorang dokter ahli kencing manis menyembuhkan sendiri penyakit kankernya, hanya dengan mengatur cara makan yang baik. Padahal, semula ia sudah divonis mati.

Dokter AJ. Houtsmuller adalah seorang diabetollog dari Universitas Erasmus, Belanda, tempat ia mengajar dan meneliti tentang kebutaan akibat kencing manis. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai pakar 'gizi, anggota Dewan Makanan Nasional. Pada tahun 1980' ia terserang kanker' melanoma (tumor ganas yang terbentuk oleh sel melanin yang berpigmen hitam. Sel kanker ini tersebar dalam ginjalnya sebelah kanan. Dengan makan makanan yang sehat, dibantu dengan suplemen vitamin dan mineral, ia sembuh dari penyakit yang diobatinya sendiri. Pengalaman pribadinya kemudian ditulisnya bersama Marianne Lubrecht dalam buku Diet Dr. Houtsmuller: Makanan sebagai senjata ampuh melawan kanker.

Asal muasal serangan
Ketika ditanya bagaimana riwayatnya sarnpai terserang kanker itu, Houtsmuller menduga kemungkinan disebabkan oleh kegemarannya makan daging bakar pada berbagai acara makan. Ketika itu ia memang sibuk berceramah berturut turut di berbagai pertemuan ilmiah di Amerika, Inggris, dan Jerman. Setiap kali menghadiri pertemuan ilmiah, ia makan barbeque daging, sirloin steak, dan terkadang juga T-bone steak sapi.

Tiba-tiba ia merasa sakit pinggang, lalu pergi ke dokter urolog, karena mengira menderita radang ginjal. Tetapi dokter ginjal ini melihat ada beberapa sel gelap melanoma dalam. air kencingnya.
"Walaah, Pak! Saya tidak dapat menolong!" tuturnya,

Pantang makan daging, tapi menggantinya dengan ikan gemuk. sayuran, dan buah-buahan.

'"Mulai sekarang disenang-senangkan saja hidupnya, karena tiga - enam bulan lagi Anda mungkin harus perlop selama-lamanyal"

Waktu itu (tahun 1980) memang belum banyak obat dokter yang dapat dipakai melawan melanoma dibandingkan sekarang (tahun 1998).

Houtsmuller mendongkol bahwa beberapa dokter kanker mengatakan begitu (hidup tinggal beberapa bulan lagi) kepada pasien. la tidak percaya, dan mencari literatur yang mungkin dapat menolong pasien kanker seperti dia. Karena ia duduk sebagai anggota Dewan Makanan Nasional, ia mudah memperoleh jalan ke kepustakaan tentang makanan.

Suatu ketika ia menemukan laporan ilmiah tentang pengobatan alternatif dari para internis kenamacin Dr. Moerman dan Issels dari Belanda: serta Dr. Gerson dari Amerika. Dr. Gerson seorang Yahudi yang lolos dari penculikan antek-antek Hitler, dan berhasil mengungsi ke New York. Dalam klinik yang didirikannya, ia menampung para penderita kanker, dan meraih sukses, sampai ia diusir dari negara bagian New York, karena cara pengobatannya tidak memakai obat dokter, tapi hanya makanan biasa. Itu dianggap bukan pengobatan, tapi penipuan.

Gara-gara asam arachidon
Houtsmuller kemudian- memilih dokter Issels, dan berobat ke kliniknya. Issels seorang ahli bedah yang selain terkenal sukses mengoperasi tumor, juga mengobati pasiennya dengan menyuruh mandi air hangat, memberi makanan sehat, vitamin dan mineral, serta menyuruh mencabuti gigi-gigi kerowak sumber infeksi.

Telapi belum sampai Houtsmuller ditangani secara tuntas, dokter bedah itu ditangkap, polisi dan dijebloskan ke penjara, karena terbukti dengan sah dan meyakinkan memakai pengobatan alternatif. Masa ada dokter bedah mengobati kanker dengan menyuruh mencabuti gigi-gigi kerowak?

"Kliniknya ditutup, dan saya harus mencari dokter lain!" tutur dokter Houtsmuller, "Dunia kedokteran kita memang ajaib!"

Untung ia sempat mencatat selama seminggu, bagaimana dokter bedah Issels itu bekerja. Dengan catatan dan pengetahuan yang baru diperolehnya itu, Houtsmuller bertekad tidak akan ke dokter alternatif lain lagi. la mau mengobati sendiri saja. Jangan jangan dokter berikutnya nanti juga dikirim ke penjaral

Baik dokter Issels, Gerson, maupun Moerman menerapkan cara pengobatan yang sama, yaitu pasiennya tidak boleh makan daging, harus makan makanan bergizi, banyak sayuran dan buah-buahan, serta vitamin dan mineral yang terarah. Itulah yang kemudian diterapkan oleh Houtsmuller.

Sesudah berjalan satu tahun, tiba-tiba saja sudah tidak ada sel kanker hitarn melanoma lagi dalam air kencingnya. Berarti ginjalnya sudah bebas dari sel kanker.

Dari literatur yang terus dipelajarinya, Houtsmuller kemudian tahu, mengapa daging begitu berbahaya bagi pasien kanker. Yaitu karena asam arachidon yang terbentuk akibat badan terlalu banyak kemasukan asam linoleat. Senyawaan ini sejenis asam lemak tak jenuh ganda yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk mendorong pertumbuhan, tapi sialnya tubuh tidak mampu membentuknya sendiri. Iadi ia harus dipasok asam lemak itu dari luar bersama makanan. Biasanya berupa minyak makan yang diperoleh dari biji linseed dan safflower (di Eropa), yang sudah. sejak lama dipakai, dan aman-aman saja.

Sebagai lemak tak jenuh, ia mencegah proses pengapuran dalam pembuluh darah, terutama pada: orang lanjut usia. Kebaikan ini baru tampak kalau asam lemak itu dimakan sedikit-sedikit, secukupnya saja, tapi terus-menerus, setiap hari ada. Celakanya, kalau menumpuk terlalu banyak dalam tubuh (terutama tubuh para lanjut usia, 50 tahun ke atas), asam linoleat diubah menjadi asam Arachidon. Kalau ini kemudian terurai dalam tubuh, hasil pecahannya mendorong pertumbuhan sel kanker. Mula-mula hanya mengalangi kekebalan tubuh, kemudian membuat tubuh rentan terhadap infeksi kuman patogen, dan akhirnya mendorong pertumbuhan sel kanker.

Pengerem asam arachidon
Houtsmuller terus memaklumkan perang kepada daging. Sebagai pengganti sumber protein, ia makan ikan gemuk. Sebab, lemak dari ikan gemuk mengerem pembentukan asam arachidon.

"Sejak saya mendeteksi badan sendiri itu, saya tidak jadi mati, seperti yang diramalkan oleh dokter ginjal tempo hari!" tuturnya, "Tapi malah sembuh!"

Sampai tahun 1989 ia masih bekerja sebagai diabetolog, tetapi sesudah itu, ia mengobati pasien kanker yang sudah divonis mati oleh dokter kankernya. Sampai sekarang ia masih mau menolong
pasien semacam itu dengan senang hati. la tidak ditahan polisi atau dikirim ke penjara, karena tidak memakai bendera dokter onkolog (ahli kanker). Sebagai diabetolog ia tetap berwenang dengan sah mengobati pasien dengan makanan yang bergizi.

Selama berobat, pasiennya dilarang makan daging-dagingan merah (seperti daging sapi, kambing, babi), dan harus menggantinya dengan daging putih dari ikan gemuk, dibarengi dengan sayuran dan buah-buahan sebanyak-banyaknya.

Sebenarnya makan sayuran dan buah-buahan untuk melawan kanker ini sudah diketahui masyarakat sejak tahun '50-an, tetapi tidak ada dokter kanker yang berani memakainya karena takut dikirim ke penjara. Sekarang (tahun 1998) sebuah yayasan kanker bernama Wilhelmina Kanker Fonds menganjurkan ke seluruh negeri: "Makanlah 200 g sayuran dan 200 g buah-buahan setiap hari, agar dapat mengurangi risiko terserang kanker sampai 30%."

Ini suatu kemajuan besar, tetapi Houtsmuller lebih maju lagi. Sayuran dan buah itu tidak hanya dipakai mencegah kanker, tapi juga menumpas kanker. Beberapa dokter kanker di Belanda sama sekali tidak mau percaya, dan mempermasalahkan apa dasar pemikirannya, dan hasil penelitian mana yang bisa dipakai sebagai acuan?

Bagi Houtsmuller tidak ada bedanya. Baik dua tiga sel kanker (yang akan dicegah), maupun bermiliar-miliar sel (yang sudah membuat pasien sakit), tetap saja mereka diberantas oleh sayuran dan buahbuahan. Nah! Mengapa tidak memanfaatkannya untuk menumpas?

Justru tidak boleh berdiet
Setiap orang yang pantang makan daging, kontan dicap sebagai orang yang sedang berdiet. Padahal antara diet dan mengubah cara makan makanan yang sehat ada perbedaan besar. Diet mengandung pengertian mengurangi jenis nutrisi (gizi) tertentu untuk mengurangi bobot badan. Akan tetapi mengganti protein dari daging merah dengan protein dari daging putih tidak mengandung pengertian mengurangi asupan protein. Jumlah asupan tetap saja banyaknya, sesuai aturan ilmu gizi.

"Saya pernah memprotes pemberian judul buku yang saya susun bersama Marianne itu. Diet Dr. Houtsmuller bunyinya. Padahal dalam buku itu -tidak ada anjuran untuk berdiet, tapi makan makanan yang sehat. Pembaca tidak disuruh mengurangi makanan sampai kurus!

"Kalau kita tidak mencantumkan judul diet, tapi Makanan sebagai senjata ampuh melawan kanker, bukunya tidak akan dibeli orang, Dokter! Sebab berbau pengobatan alternatif. Sedangkan berdiet itu cara pengobatan yang resmi di kedokteran!" kata pihak penerbit. - "Memang benar kalau dilihat dari segi siasat pemasaran buku, tapi jelas salah dari segi keilmuan," tutur Houtsmuller, "Lihat saja buku Montignac yang memakai judul Berdiet untuk melawan kanker. Itu justru tidak laku! Pasien kanker dianjurkan berdiet untuk mengurangi bobot badan. Padahal ia justru tidak boleh kurus!"

"Mengapa tidak boleh? Bukankah lemak yang kelebihan mendorong pertumbuhan tumor?" tanya Lisette Thooft, wartawati majalah Onkruid dari Avenhorn, Belanda. "Memang benar!" jawab Houtsmuller, "orang yang terlalu gemuk harus mengurangi bobot badan. Tetapi tidak boleh terlalu cepat, melainkan beberapa kilogram saia setiap tahunnya. Dan ini tidak perlu diet sampai kurus, tapi mengubah cara makan dengan jenis makanan lain yang jumlahnya tetap cukup." la kemudian menjelaskan, -kalau turunnya drastis, semua pcb (polychlorinated biphenyl) yang tertumpuk dalam jaringan tubuh akan keluar berbondong-bondong seperti arus pengungsi dalam perang. Dan,ini sangat berbahaya, karena merusak sistem kekebalan tubuh!" (Pcb memang senyawaan beracun yang dapat menanggulangi infeksi kuman patogen).

Houtsmuller juga tidak setuju kalau ada orang yang berdiet mengurangi bobot badan dengan minum sari buah di luar acara makan. Walaupun kita harus makan buah dan sayuran sebanyak-banyaknya, tetapi itu selalu dalam -acara makan, baik makan pagi, siang, maupun makan malam

Sari buah yang dimasukkan ke dalam perut kosong di luar acara makan akan mengalir seperti kereta api ekspres super cepat, yang dalam tempo 10 menit sudah menembus dinding usus untuk masuk ke lever-Maka tiba-tiba lever ini menerima seabrek kalori, yang dengan cekatan pula diubahnya menjadi lemak. Lemak ini kemudian dilepas diam-diam pada waktu malam untuk ditimbun dalam jaringan tubuh.

Apa yang semula diniatkan untuk menurunkan bobot badan, kini justru mempertahankan kegemukan. Kalau kemudian disusul dengan bertambah getol berdiet mengurangi asupan gizi, jelas berbahaya!

Tidak ada komentar: